IBX582A8B4EDEABB Gebukin Koruptor, Sekarang! | Info Absurditas Kata Gebukin Koruptor, Sekarang! - Info Absurditas Kata
Beranda · E-Mail Koran · Info Lomba · Kiat Menulis · Adsense · SEO Youtube · Jasa · Toko · Blog

Gebukin Koruptor, Sekarang!

Cita-citanya bukan kata hati, bukan juga keseriusan bakat, hanya suara-suara yang semakin terdengar setelah berita di televisi begitu gemar mengabarkan bobroknya hukum dan keadilan di negara ini. Nadin baru berumur 8 tahun, tidak mengerti apa itu hukum, tidak juga tahu bagaimana itu adil. Di kepalanya hanya ada berita televisi yang setiap hari ditontonnya.

“Bunda, aku tidak mau jadi bidan.” Nadin memeluk ibunya, matanya tetap menatap layar kaca.
“Loh kok, ganti lagi. Kemarin nangis-nangis mau jadi bidan. Sekarang mau jadi apa?” Ibu tersenyum.

Nadin tidak menjawab, asyik menonton televisi. Seorang lelaki terlihat lebam, tangannya diikat dengan borgol, puluhan orang melayangkan tinju, pukul dan tendangan ke tubuhnya. Dua orang polisi menyeretnya ke dalam mobil, mengamankan lelaki itu dari hukum bulan-bulanan.

“Kasihan orang itu, untung ditolongin polisi. Kalau nggak, sudah dihakimi masa deh.” Nadin menunjuk ke layar kaca. Entahlah apa ia mengerti tentang dihakimi massa atau sekadar celetukan karena terlalu sering mendengarnya.

“Namanya juga copet, risikonya ya gitu, dipukulin orang banyak.”

“Kejam sekali orang-orang itu…” Nadin merengut.

Perempuan cantik dengan rambut sebatas bahu, tersenyum di layar kaca. Dibacakannya kembali deret berita, masih tentang kekerasan, tentang keadilan, tentang kriminalitas, berita itu-itu juga, hanya saja beda waktu beda tempat beda pelaku.

“Itu siapa Bun?” Nadin melepaskan tubuhnya yang nempel di tubuh ibu. Ditelisiknya wajah asing di layar kaca. “Enggak tahu, baru lihat sekarang.”

“Kenapa orang itu diborgol.”

“Korupsi.”

“Korupsi itu apa sih Bun?” Nadin melirik penasaran

“Kamu ini, masa nggak tahu korupsi, padahal kamu udah tahu hakim.” Ibu garuk-garuk jidat.

Kaca mata hitam menutupi mata lelaki berkemeja putih di dalam layar kaca. Tangannya sudah diborgol, beberapa polisi membawanya masuk ke gedung pengadilan. Menurut pembaca berita, orang itu pelaku kejahatan korupsi yang sudah menyelewengkan uang rakyat atas nama negara.

“Banyak sekali uang yang dikorupsi orang itu. Eh, 100 milyar itu seberapa banyak sih Bun?” Nadin menerawang. Percuma saja, akalnya tidak sampai, jumlah uang terbesar yang pernah dilihatnya hanya 100 ribu rupiah.

“Bun, jangan korupsi ya. Malu-maluin.” Nadin mengancam, tatapnya memisau. Ibu hanya tersenyum, Nadin kembali menelisik layar kaca.

Lelaki pelaku tindak kejahatan korupsi tersenyum ke arah kamera, wajanya tenang, tangannya berkali-kali melambai ke arah lensa. Tidak ada satupun kata yang diucapkannya, hanya senyum yang berkali-kali tergaris di bibirnya.

“Kenapa ya koruptor tidak dipukuli orang banyak?” Nadin memasang wajah geram, tangannya terkepal.

“Kamu ini, suka aneh. Bunda pindahin ya, mau nonton sinetron dulu sebentar.”

“Nggak boleh, Nadin belum selesai nonton berita, sebentar ya Bunda…” Nadin menyembunyikan remot di bawah bantal.

Layar kaca menayangkan iklan, produk rumah tangga dengan bandrol harga yang selangit. Produk lainnya datang bergantian, menawarkan rayuan, menghangatkan hasrat untuk menghabiskan sekian banyak uang.

“Presiden akan segera melakukan pertemuan penting terkait dengan isu…” Pembawa acara kembali membacakan berita, wajah cantiknya hilang berganti tayangan presiden yang sedang melakukan pertemuan penting. Wajah presiden terlihat cemas, tidak ada senyum, tidak ada kehangatan, urat-uratnya luap ditelan ketegangan.

“Itu presiden kita ya Bun?” Nadin menunjuk wajah presiden di layar kaca.

“Iya dong, itu presiden kita.” Ibu mengangguk.

“Dia korupsi nggak ya Bun?” Nadin menopang dagu, matanya tetap menatap layar kaca.

“Masa iya presiden korupsi?”

“Bisa saja kan Bun?” Nadin menjawab enteng.

“Masa sih?” Ibu menelisik Nadin, rautnya terlihat penasaran.

“Kalau dia tidak korupsi, tentu rakyatnya juga tidak ada yang berani korupsi.” Nadin tersenyum.

“Hoalah, kamu ini. Suka ngarang…”

Wajah presiden berkeringat, dibacakannya teks yang sudah disiapkan di atas mimbar. Suaranya hilang berganti suara pembaca berita. Nadin terus menikmati berita siang, di kepalanya semakin terpatri cita-cita yang membara.

“Aku ingin menjadi hakim.” Nadin bergumam

“Kalau kamu jadi hakim, kamu mau ngapain?”

“Aku mau menghukum koruptor supaya digebukin orang banyak. Hi hi hi…” Nadin tersenyum.

Bandung, 19 April 2012
Sekadar catatan sebelum tidur

Artikel keren lainnya:

Belum ada tanggapan untuk "Gebukin Koruptor, Sekarang!"

Post a Comment

Berkomentar memakai akun Blogger akan lebih cepat ditanggapi, berkomentar memakai akun Facebook tergantung radar :D Terima kasih telah berkomentar