“Jangan berisik,” Bola mata Dean membesar, membulat, memberi isyarat agar suara dilipat.
“Sssttt…” Telunjuk menempel di bibir Dean.
Sudah 13 jam Dean dan Matan mengintai. Mengawasi, memperhatikan, mencatat apa saja yang terjadi di rumah Amar. Seekor kucing dengan bulu berwarna kuning putih, tercatat dua kali masuk ke dalam rumah melalui celah kisi-kisi jendela belakang. Kucing itu masuk ke dalam rumah jam 7 pagi dan keluar lagi jam 7.45 pagi, tidak membawa apa pun. Pada jam 11 siang kucing itu kembali masuk, melalu jalan yang sama dan belum keluar lagi dari rumah. Itu kucing pak Agis, semua orang mengenal kucing itu, ekornya yang jabrik, wajahnya tembem, hanya Athena satu-satunya kucing yang seperti itu di pemukiman mereka.
“Athena kok belum keluar juga ya Mat?” jam di tangan Dean terus berputar, sudah menempuh angka 12 lebih satu titik. “Iya, mungkin lagi tidur,” Dean menyodorkan pulpen dan kertas, “Catat ya!” Dean membuka zipper celana, menodongkan botol air mineral, terdengar suara air mendesis, bau pesing tercium tajam. “Bau jengkol!” Dean menutup hidung.
Menjadi mata-mata harus menerima banyak resiko, apapun yang terjadi pengintaian harus tetap aman, mereka harus tetap bersembunyi, mengawasi rumah Amar. Buang air, besar dan kecil, harus dilakukan di situ juga, tidak ada alasan, pengintaian jangan sampai terbongkar. “Lihat…” Dean menyikut, telunjuknya mengarah ke gerbang rumah. “Siapa itu?” Matan menajamkan tatap.
“Penguasa! Penguasa! Berilah hambamu uang.”
“Beri hamba uang…”
Dua orang pengamen, masuk ke pelataran rumah, bernyanyi di teras tanpa membuka sandal, menyanyikan lagu –entah itu lagu siapa, Dean dan Matan hanya tau lagu dangdut, koplo, tarling, segala jenis dangdut-, suara mereka bagus, penampilannya urakan, mereka datang jam 12.15 dan bernyanyi selama 7 menit, kemudian pergi lagi setelah 4 kali mengucap salam.
“Pengamen ya?”
“Jangan percaya dulu, kita tidak boleh percaya begitu saja. Mungkin mereka juga mata-mata seperti kita.” Dean mencatat semua peristiwa, semuanya.
1 jam 11 menit setelah pengamen itu pergi, seekor tikus got masuk ke dalam rumah Amar. Menyelinap melalui pipa pembuangan air dapur, bulunya berwarna hitam mengkilap, kira-kiranya tubuhnya berbobot 1 kilogram, tikus yang sangat besar, ekornya tidak lebih dari 25 senti meter dan kumisnya tidak lebih panjang dari kelingking orang dewasa.
“Sudah kamu catat?”
Dean mendelik, bolamatanya membesar, membulat.
Bandung, 15 Februari 2012
Belum ada tanggapan untuk "Mata-mata"
Post a Comment
Berkomentar memakai akun Blogger akan lebih cepat ditanggapi, berkomentar memakai akun Facebook tergantung radar :D Terima kasih telah berkomentar