Berhentilah mendengus dan usap air liurmu, aku tidak pernah menyangkal kemarahan-kemarahanmu, kecuali hari ini. Aku menyukai warna marah yang merah, sewarna rawit, sewarna kerinduan, sewarna hati yang berdarah basah. Hanya itu yang tersisa dan masih mampu diingat oleh dentang garpu di bibir mangkuk.
Sudah berhari, aku kehilangan jejak bibirmu di mulut gelas, tak menemu sidik jarimu di perut piring dan tiada juga bayang wajahmu di lengkungan sendok. Begitupun bau tubuhmu di waktu pagi, menguap bersama asap kompor yang padam.
Belum ada tanggapan untuk "Merah Sewarna Rawit Cabe"
Post a Comment
Berkomentar memakai akun Blogger akan lebih cepat ditanggapi, berkomentar memakai akun Facebook tergantung radar :D Terima kasih telah berkomentar