Ada yang bergelegak, di dadanya. Mungkin darah, mungkin udara, mungkin minuman dari botol-botol kaca yang sudah setengah direguknya. Kata-kata yang acak berlompatan dari mulutnya, jatuh di ceruk gelas lalu hilang bersama buih. Kedua bola matanya memicing menyelidik angka-angka di lingkar jam tangan.
"Malam, malam, malam." Ucapnya, kepada jarum-jarum jam yang tak pernah mabuk meskipun seharian terus berputar-putar "Pulang, pulang, pulang." Direguknya langsung isi botol yang tinggal setengah, sampai tandas. Kakinya melangkah gamang, memijak tanah melayang-layang, tujuan: kekosongan.
"Pergilah kalian, pergi. Ha ha ha..."Lelaki itu berteriak, tangan-tangannya menunjuk. Sekerumun beban hidup yang melorot dari pundak-pundaknya, tak berani beranjak. Tetap tinggal di atas benteng jembatan, menatapi sang majikan yang sempoyongan.
Ringan, ringan, ringan. Lelaki itu merasa ringan. Pikirannya tak lagi runyam, hatinya tak lagi temaram, jantungnya tak lagi berdentuman. "Malam, malam, pulang, malam, pulang, pulang." Diucapkannya terus kata-kata yang tak beraturan, tercecer di sepanjang jalan, jatuh di atas aspal. Tersungkur, kehilangan makna-makna. Kosong, bolong.
Belum ada tanggapan untuk "Spasi, Ruang Kosong, Jarak Antara"
Post a Comment
Berkomentar memakai akun Blogger akan lebih cepat ditanggapi, berkomentar memakai akun Facebook tergantung radar :D Terima kasih telah berkomentar