Mengejar cangkang rembulan.
Aku tidak pernah mengerti tentang hakikat cahaya-cahaya yang menari di kedua bola matamu, yang tumpah bersama pertanyaan dan tersapu angin sebelum lidahku menyimpannya, dalam sekap, dalam dekap, dalam kecap. Selalu saja ada ribuan tangan badai yang berkeliar di senja hati yang seterik sahara.
Maria...
Tanganku masih ingin berkelisik, mengais cahaya, menemukanmu di keheningan yang sekujur tubuhku jatuh tertimpa gemintang. Adakah kau di antara detak itu, memasirkan kata kepada angin?
Ada waktu yang bergelisir, menjadi ular di gurun terik.
Melahirkan matahari, ribuan.
Bandung, 5 Juni 2012
Inspired by cerpen saya "Mengejar Cangkang Rembulan"
Belum ada tanggapan untuk "Mengejar Cangkang Rembulan"
Post a Comment
Berkomentar memakai akun Blogger akan lebih cepat ditanggapi, berkomentar memakai akun Facebook tergantung radar :D Terima kasih telah berkomentar