Aku selalu menyukai matahari macam apa pun yang kau rekahkan di
celah uap kopi. Bahkan ketika pagi tak sempat menyajikan uap, tidak jua hati
yang hangat. Karena matahari itu akan selalu benderang, di mata kita.
Aku selalu mencintai apa pun yang kemudian menjadi terang dalam
pikiran kita, menguar upa-uap hangat yang rindu pada menari dan geliat pagi.
Akan selalu ada cahaya yang cukup, agar tangan dan kaki kita menyesapnya, untuk
sekadar menempuh panjangnya hari.
Aku selalu seperti apa pun aku, ketika cahaya yang paling remang
pun, tentu tidak akan pernah memudarkan diri kita.
Bandung - Pertemuan Kecil, Pikiran Rakyat
Edisi Minggu - 21 Oktober 2012
Belum ada tanggapan untuk "Matahari di Uap Kopi (Pikiran Rakyat, Minggu 21 Oktober 2012)"
Post a Comment
Berkomentar memakai akun Blogger akan lebih cepat ditanggapi, berkomentar memakai akun Facebook tergantung radar :D Terima kasih telah berkomentar