IBX582A8B4EDEABB Filsafat Gangnam Aher-Demiz (Inilah Koran - Minggu, 24 Pebruari 2013) | Info Absurditas Kata Filsafat Gangnam Aher-Demiz (Inilah Koran - Minggu, 24 Pebruari 2013) - Info Absurditas Kata
Beranda · E-Mail Koran · Info Lomba · Kiat Menulis · Adsense · SEO Youtube · Jasa · Toko · Blog

Filsafat Gangnam Aher-Demiz (Inilah Koran - Minggu, 24 Pebruari 2013)


FILSAFAT GANGNAM AHER-DEMIZ
Absurditas Malka*
           
Dunia politik dan musik tidak bisa terlepas satu sama lain. Pada titik tertentu, keduanya dapat memberi pengaruh signifikan, baik itu saling menguntungkan maupun saling membuntungkan.
Pada masa Soekarno, politik pembangunan karakter, telah membuntungkan dunia musik. Koes Ploes tercatat sebagai salah satu grup musik yang dihadiahi trali bui pada zamannya. Hadiah tersebut diberikan karena musik mereka dianggap tidak sesuai dengan karakter bangsa. Dua dunia itu kerap hadir secara bersamaan, terutama dalam masa kampanye baik di level daerah maupun nasional. Berpolitik tanpa bermusik mungkin bisa dikatakan ibarat sayur tanpa garam.
Kehadiran musik mampu menjadi ajang hiburan gratis bagi masyarakat, siapa saja bisa bergabung di dalamnya, -dan kalau mau- ikut terbius oleh janji-janji politisi yang menyelenggarakan kegiatan tersebut. Hiburan musik selama selama ini dianggap sebagai bagian wajib dari gerakan kampanye. Para politisi kerap berlomba mendatangkan artis dan group musik kondang untuk menyedot massa. Setelah massa berkumpul, politisi beraksi, menabur janji. Selalu begitu.
Ada yang unik dari gerakan kampanye melalu tari gangnam yang dilakukan oleh Aher-Demiz. Kandidat tersebut memiliki kecerdasan membaca ruh zaman, membaca apa yang popular.
 Gangnam secara koreografis merupakan tarian nyeleneh, tidak mengikuti pakem tari-menari yang baku. Gerakan-gerakannya lahir dari kebebasan yang ekspresif, menyuarakan apa yang paling dalam dari eksistensi seorang anak manusia. Dalam bahasa eksistensialisme bisa dikatakan gangnam adalah tarian pemberontakan yang menolak kebekuan, kemapanan, dan ideologi yang membatu.

Bhinneka Gangnam Ikha
Selain menjadi tarian yang paling membius di seluruh dunia, gangnam memiliki filsafat Bhinneka Gangnam Ikha. Tarian gangnam yang dipopulerkan oleh PSY ini, hadir sebagai media atas keberagaman budaya. Media yang berhasil menjadi pemersatu berbagai perbedaan anak manusia. Berbagai etnis, suku, agama, ras, dan sebagainya, tidaklah berbeda dalam tarian gangnam.
Semuanya lebur menjadi satu, menjadi keceriaan, menjadi keriangan, menjadi kesatuan yang tidak terpilah-pilah. Gangnam tidak mengidentifikasi privelse seseorang, gangnam hanya tahu bagaimana menari, bagaimana berceria, dan bagaimana bersatu.
Filsafat semaca itulah yang mungkin ingin diusung oleh pasangan Aher-Demiz, kebersatuan, kerukunan, dan kebersamaan tanpa memandang-beda berbagai identitas seseorang.

Runtuhnya Kampanye Mainstream
Melihat fenomena kampanye di tahun 2012 dan 2013, metode kampanye mainstream yang hanya bermodal hiburan musik di satu titik kemudian menabur janji, bisa dikatakan sudah mati.
Kampanye semacam itu tidak lagi efektif, hanya membuang-buang biaya, menambah kemacetan dan polusi suara. Kampanye modern tidak lagi bisa dilakukan dengan eksploitasi akal budi secara frontal. Masyarakat sudah resisten terhadap berbagai issue kampanye yang dijeritkan melalui panggung hiburan.
Butuh jalan lain untuk berkampanye, menghadirkan tubuh secara blusukan seperti Jokowi misalnya. Atau menari gangnam seperti Aher-Demiz?

Bandung, 21 Februari 2013
Absurditas Malka, Direktur SkylArt Publisher 




Artikel keren lainnya:

Belum ada tanggapan untuk "Filsafat Gangnam Aher-Demiz (Inilah Koran - Minggu, 24 Pebruari 2013)"

Post a Comment

Berkomentar memakai akun Blogger akan lebih cepat ditanggapi, berkomentar memakai akun Facebook tergantung radar :D Terima kasih telah berkomentar