IBX582A8B4EDEABB Jeruji Mimpi (Polusi Kota Metropolutan) | Info Absurditas Kata Jeruji Mimpi (Polusi Kota Metropolutan) - Info Absurditas Kata
Beranda · E-Mail Koran · Info Lomba · Kiat Menulis · Adsense · SEO Youtube · Jasa · Toko · Blog

Jeruji Mimpi (Polusi Kota Metropolutan)

JERUJI MIMPI
Absurditas Malka*



         “Kamu siapa?”
   “Aku Perempuan, aku sedang bersedih.”
          “Tegarlah kau Perempuan, kamu tidak harus bersedih, besok masih ada matahari.”
  “Ah, tenang sekali aku mendengarnya, Lelaki. Aku mencintaimu.”
       “Kamu tidak mencintaiku, itu cuma emosi sesaat.”
      “Aku benar-benar mencintaimu, Lelaki. Kamu sabar, kamu baik, kamu menjadi semangat bagiku. Sungguh, aku mencintaimu.”
“Aku tidak percaya. Lagian, hatiku masih terluka.”
“Aku mencintaimu, Lelaki.”
Blar! Mimpi pecah berserak, Lelaki terbangun dari tidurnya. Matanya berkerja-kerjap, ditatapnya langit-langit kamar. Diingatnya kembali mimpi yang baru saja pecah berserak. Diembuskannya dalam-dalam nafas yang panjang, itu hanya mimpi. Kecantikan, rayuan, semua itu mimpi belaka.
***
          “Aku Perempuan, aku sedang bersedih. Bapakku sakit, ibuku meninggal, kekasihku tak bisa menikahiku.”
              “Tegarlah kau Perempuan, kamu tidak harus bersedih, besok masih ada matahari. Doakanlah yang telah tiada, doakan ibumu, kekasihmu mungkin sedang butuh waktu. Suatu saat dia pasti menerimamu.”
               “Ah, tenang sekali aku mendengarnya, Lelaki. Aku mencintaimu. Jadilah kekasihku, aku merasa hangat bersamamu.”
            “Kamu tidak mencintaiku, itu cuma emosi sesaat. Lagian kamu harus percaya kekasihmu akan mencintaimu pada akhirnya.”
“Aku benar-benar mencintaimu, Lelaki. Kamu sabar, kamu baik, kamu menjadi semangat bagiku. Sungguh, aku mencintaimu. Kekasihku tak akan pernah memilikiku, tak akan pernah. Bawa aku ke dalam duniamu, Lelaki. Hiduplah bersamaku. Aku mencintaimu.”
“Aku tidak percaya. Lagian, hatiku masih terluka. Tapi aku bisa menemanimu kapan saja kau butuh teman.”
“Aku mencintaimu, Lelaki. Sungguh, aku cinta kamu. Menikahlah denganku kamu akan bahagia, kita akan bahagia.”
Blar! Mimpipecah berserak. Lelaki itu terbangun, matanya berkerjap-kerjap mentapi sisa runtuhan mimpi. Perempuan yang sama, yang kecantikan dan rayuannya kembali termimpikan. Lelaki tertegun, dipungutinya serakan mimpi, dicarinya gambar-gambar ingatan yang utuh.
***
“Aku Perempuan, aku sedang bersedih. Bapakku sakit, ibuku meninggal, kekasihku tak bisa menikahiku. Kamu butuh aku seperti aku butuh kamu, Lelaki.”
              “Tegarlah kau Perempuan, kamu tidak harus bersedih, besok masih ada matahari. Doakanlah yang telah tiada, doakan ibumu, kekasihmu mungkin sedang butuh waktu. Suatu saat dia pasti menerimamu. Aku hanya bisa menjadi temanmu.”
              “Ah, tenang sekali aku mendengarnya, Lelaki. Aku mencintaimu. Jadilah kekasihku, aku merasa hangat bersamamu. Aku tahu kamulah Lelaki yang akan menikahiku, mencipta bahagia bersama.”
           “Kamu tidak mencintaiku, itu cuma emosi sesaat. Lagian kamu harus percaya kekasihmu akan mencintaimu pada akhirnya. Percayalah, kamu bisa berbahagia bersama duniamu. Aku hanya pelita kecil, hanya tampak terang karena duniamu yang sedang gelap. Setelah duniamu kembali terang, aku akan terlupakan.”
“Aku benar-benar mencintaimu, Lelaki. Kamu sabar, kamu baik, kamu menjadi semangat bagiku. Sungguh, aku mencintaimu. Kekasihku tak akan pernah memilikiku, tak akan pernah. Bawa aku ke dalam duniamu, Lelaki. Hiduplah bersamaku. Aku mencintaimu. Kamu matahariku.”
“Aku tidak percaya. Lagian, hatiku masih terluka. Tapi aku bisa menemanimu kapan saja kau butuh teman, aku aka selalu ada untukmu..”
“Aku mencintaimu, Lelaki. Sungguh, aku cinta kamu. Menikahlah denganku. Kamu akan bahagia, kita akan bahagia. Tinggalkan mantan kekasihku, akulah yang harus berbahagia denganmu. Aku cinta kamu, Lelaki. Dan Tuhan akan mempersatukan kita.”
“Baiklah, aku mencintaimu. Aku coba untuk percaya.”
Blar! Mimpi pecah berserak. Lelaki itu terbangun, matanya berkerjap-kerjap mentapi sisa runtuhan mimpi. Perempuan yang sama, yang kecantikan dan rayuannya kembali termimpikan. Lelaki tertegun, dipungutinya serakan mimpi, dicarinya gambar-gambar ingatan yang utuh. Perempuan itu, benar-benar mencintainya. Cahaya matanya menyiratkan itu, getar suaranya terdengar bersungguh-sungguh. Lelaki menghela nafas, dirasakannya ada kembang yang perlahan rekah di dalam dada.
***
“Aku Perempuan, aku sedang bersedih. Bapakku sakit, ibuku meninggal, kekasihku tak bisa menikahiku. Kamu butuh aku seperti aku butuh kamu, Lelaki. Menikahlah denganku.”
            “Tegarlah kau Perempuan, kamu tidak harus bersedih, besok masih ada matahari. Doakanlah yang telah tiada, doakan ibumu, dan aku akan mencintaimu seperi yang kamu inginkan.”
           “Ah, tenang sekali aku mendengarnya, Lelaki. Aku mencintaimu. Jadilah kekasihku, aku merasa hangat bersamamu. Aku tahu kamulah Lelaki yang akan menikahiku, mencipta bahagia bersama. Cepatlah, menikah denganku. Aku tidak ingin kamu kembali pada duniamu, kita harus bahagia di dunia kita.”
            “Kamu mencintaiku. Kita bisa berbahagia.”
“Aku benar-benar mencintaimu, Lelaki. Kamu sabar, kamu baik, kamu menjadi semangat bagiku, kamu kini bahkan mau mencintaiku. Cepat tinggalkan duniamu, hiduplah denganku.”
“Hatiku yang terluka telah kau lipur dengan doa, aku bahagia. Aku mencintaimu Perempuan. Aku akan meninggalkan duniaku, hanya akan hidup bersamamu di dunia kita.”
“Aku mencintaimu, Lelaki. Sungguh, aku cinta kamu.”
“Aku mencintaimu, Perempuan.”
Blar! Mimpi menjadi puing. Lelaki terjaga, hatinya terasa berat. Ada yang semakin rekah bermekaran dalam dadanya. Mengurai asmara, memendarkan wewangian cinta.
***
“Perempuan, aku akan meninggalkan duniaku dan hanya akan hidup dalam duniamu. Bawalah aku ke dalam dunia indamu itu.”
“Aku semakin mencintaimu, sangat mencintaimu.”
            “Begitupun aku.”
            “Peluk aku, Lelaki. Cium aku... Kita bercinta di pertemuan pertama. ”
            “Aku mencintaimu, Perempuan.”
“Aku mencintaimu, Lelaki.”
Blar! Mimpi yang sama, pecahan yang sama. Desah, kehangatan, gairah, asmara yang dalam mimpi membuncah, berlarian dalam ingatan. Betapa setiap bagian tubuh dari Perempuan itu, benar-benar panas membara.
***
“Perempuan, aku telah meninggalkan duniaku, untukmu. Aku bahkan telah menghancurkannya, hanya untukmu. Aku percaya kamu mencintaiku, menikahlah denganku.”
“Aku tak bisa mencintamu, apalagi menikah denganmu, aku harus pergi.”
        “Tapi dulu kau memintaku untuk mencintaimu dan menikah denganmu. Apa yang kau inginkan telah kulakukan, mencintaimu. meninggalkan duniaku, dan akan menikah denganmu.”
            “Maaf, aku harus pergi. Selamat tinggal.”
          Lelaki itu kini sendirian di dalam sunyi. Menghuni jeruji mimpi yang di dalamnya ia ditinggalkan.



 Bandung, 03 Juni 2013
Terima kasih untuk 29 Mei 2013 dan segala yang sempat begitu manis


Artikel keren lainnya:

Belum ada tanggapan untuk "Jeruji Mimpi (Polusi Kota Metropolutan)"

Post a Comment

Berkomentar memakai akun Blogger akan lebih cepat ditanggapi, berkomentar memakai akun Facebook tergantung radar :D Terima kasih telah berkomentar