IBX582A8B4EDEABB Pelangi dan Kau - Cerpen Layla Badra Sundari (#BarterKirimTulisanDapatBuku) | Info Absurditas Kata Pelangi dan Kau - Cerpen Layla Badra Sundari (#BarterKirimTulisanDapatBuku) - Info Absurditas Kata
Beranda · E-Mail Koran · Info Lomba · Kiat Menulis · Adsense · SEO Youtube · Jasa · Toko · Blog

Pelangi dan Kau - Cerpen Layla Badra Sundari (#BarterKirimTulisanDapatBuku)


Kali pertama aku mengenalmu, kau sedang asik bercerita kepada teman-temanmu. Di usia yang masih belia kau berhasil menerbitkan penasaran teman-temanmu. Kau lihai bercerita. Teman-temanmu semakin banyak yang mengerubungmu. Senyum mengembang penuh di bibirmu. Merasa berhasil dengan ceritamu.
Kau berseragam olahraga warna merah jambu waktu itu, bergambar Donal Bebek, dan memakai topi yang lucu. Begitu pun aku dan teman-teman kita semua. Rambutmu yang ikal, diikat rapi oleh ibumu. Lalu dimasukkan ke dalam topi. Dari belakang, hanya terlihat anak rambut yang bergoyang karena tertempa angin lembut. Aku selalu senang memakai pakaian olah raga. Karena setelah berolah raga, pelajaran akan usai, dan esok hari akan libur. Hari itu begitu menyenangkan bagiku. Begitupun denganmu aku rasa.
Hujan rintik-rintik menembus sinar matahari. Memberikan kecemasan karena kebanyakan teman-temanmu tidak membawa payung. Tetapi kau, sama sekali tidak khawatir. Kau senang. Kau memandang langit dari balik jendela. Berseru. Ada pelangi! Seketika beberapa temanmu mendekat. Dan kau mulai bercerita.

“Kata nenekku, kalau hujan tetapi panas begini, berarti ada pelangi di langit, lalu  putri-putri dari langit turun untuk mandi di kolam-kolam yang ada di bumi.”
“Benarkah? Mana pelanginya? Aku belum melihat.” Teman di sampingmu bertanya penasaran.
“Itu, di sebelah barat. Kau lihat, ada warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu, melengkung menjadi satu?” kau berusaha menjelaskan.
“Iya, aku lihat.”
“Indah bukan?”
“Putrinya di mana?” tanya temanmu yang lain.
 “Putrinya di kolam sedang mandi.”
Apakah pelangi itu rumah putri?” tanya temanmu lagi.
“Hmm bukan-bukan, pelangi itu taman bagi putri, tetapi di sana nggak ada kolam, jadi putri turun ke bumi untuk mandi.”
Aku ingin lihat putri yang sedang mandi di kolam,kata teman lelakimu.
“Aku juga,kata temanmu yang lain.
“Ayo lihat!”
Kalian beramai-ramai pergi ke kolam belakang sekolah saat istirahat tiba. Aku pun mengikuti kalian. Tetapi tidak seantusias kalian. Aku berjalan sendiri. Di sepanjang jalan sesekali kuhadapkan wajahku ke langit melihat pelangi. Memang indah.
“Ssssst. Jangan berisik kalau mau melihat putri. Kalau berisik, putrinya akan malu, dan nggak jadi mandi.”
Kau dan teman-temanmu mengendap-endap di pinggir kolam. Kau kian jeli melihat kolam. Teman-temanmu melebarkan mata. Jangan sampai ada celah yang terlewat dalam kolam.
“Bagaimana tandanya kalau putri dari langit datang?”
“Dari dalam kolam, akan keluar gelembung air yang kecil-kecil. Itu berarti putri ada di situ.”
“Ssst, aku melihatnya, di tengah-tengah kolam.”
Rasa penasaranku terbit. Tetapi enggan untuk mendekat. Aku masih melihat pelangi di atas sana. Lebih indah dari putri aku pikir.” Tetapi sebenarnya aku membayangkan melihat putri terbang dari sana.
 “Mana?”
“Gelembungnya pindah lagi!”
Di ujung kolam.” Kau menunjuk ke ujung kolam. Semua mata beralih ke sana.
Sebelah sini juga ada gelembung,temanmu berseru.
Sudah ada tiga gelembung. Berarti ada tiga putri yang turun dari langit,kau berkata.
“Tapi aku belum melihat putri-putri itu.”
Iya, aku juga”
Kita harus bersabar. Mari kita tunggu lagi.”
Satu jam telah berlalu. Kau dan teman-temanmu mulai resah tidak dapat menyaksikan putri. Kau pun lupa tak melihat pelangi lagi. Pelangi sudah pergi sejak lima belas menit yang lalu. dan kalian masih menunggu.
Temanmu mulai tak sabar. Satu persatu mulai meninggalkanmu sembari menggerutu, kau pembohong. Kau berusaha mengembalikan kepercayaan mereka. Tetapi gagal.
Salah satu temanmu berseru “pelanginya sudah tidak ada. Putri tak akan akan datang.”
Kau menengadah ke langit, memastikan.” memang benar, sudah tak ada pelangi. Wajahmu bersedih.
***
Aku menghampirimu. Kau menangis sendiri. Ku sodorkan tangan. Mengajakmu pulang. Tetapi kau masih saja enggan untuk pulang.
“Kau tidak bohong, aku melihat putri-putri itu.”
Seketika tangismu berhenti. Tertarik dengan apa yang aku ucapkan. “Benarkah? Di mana kau melihatnya?”
 “Aku melihat putri yang kau ceritakan itu, ia tidak turun ke kolam. Aku melihatnya di atas pelangi. Mereka sedang duduk di sana.”
Lalu bagaimana? Kenapa mereka tidak turun ke bumi? Bagaimana wajah mereka? Cantik-cantik? memakai baju apa mereka?”
Pertanyaanmu banyak sekali. Aku ceritakan satu persatu.”
Saat kau sibuk melihat putri di kolam bersama teman-temanmu, aku duduk di kursi yang tidak begitu jauh dari kolam. Aku melihat terus ke atas langit. Menikmati keindahannya. Bukan karena tidak tertarik melihat putri mandi, tetapi aku ingin melihat putri saat terbang dari langit. Saat itu, aku melihat seorang putri tersenyum padaku. Aku pun tersenyum kepadanya. Putri itu sangat cantik. Ia memakai baju berwarna merah jambu, sama dengan warna baju kita. Dan memakai selendang putih. Kulitnya kuning langsat, sepertimu. Ia sangat cantik.”
Siapa nama putri itu?”
Namanya putri Wulan.”
Apakah ia juga menanyakan namamu?
Iya. Kami bersalaman. Ia memuji namaku. Aku bertanya kenapa tidak turun ke bumi? Teman-temanku menunggumu di kolam.”
Ia tersenyum simpul. Lalu menjelaskan, bahwa ia dan yang lainnya tidak akan turun ke bumi kalau kolamnya kotor dengan sampah. Mereka akan merasa gatal-gatal kalau mandi di bumi.
Lalu mereka mandi di mana?
Mereka mandi dari air hujan sebelum datang pelangi. Ia menitipkan salam untukmu.
Wah, ia mengenaliku?
Barter: Kirim TUlisan Dapat BukuIya, ia tahu namamu. Ia mengatakan akan menemuimu suatu hari nanti. Tetapi dengan syarat kau tidak mengatakannya pada yang lain. Putri Wulan itu pemalu. Begitupun dengan putri-putri yang lain.
Kita pulang bersama beriringan. Air matamu sudah kering. Senyummu kembali.
***
Sekarang aku sedang duduk di bangku belakang sekolah. Dekat kolam. Semuanya masih sama seperti dulu. Aku di sini mengenang teman-temanku juga mengenangmu. Di manakah kau? Ingatkah dengan kisah pelangimu?


Yogya-Ciamis, Awal 2015

Layla Badra Sundari pemilik blog Layla Badra ini sekarang masih kuliah di salah satu kampus di Yogyakarta. Dia rajin menabung dan menulis cerpen. Profil penulis lebih lengkap bisa dilihat di G+ atau Facebook

Buat sobat Info Absurditas Kata yang lain, silakan kirim cerpenmu ke absurditasmalka@gmail.com untuk ikutan event Barter: Kirim Tulisan Dapat Buku (khusus Bandung) atau event Sharing Honor Cerpen.

Artikel keren lainnya:

Belum ada tanggapan untuk "Pelangi dan Kau - Cerpen Layla Badra Sundari (#BarterKirimTulisanDapatBuku)"

Post a Comment

Berkomentar memakai akun Blogger akan lebih cepat ditanggapi, berkomentar memakai akun Facebook tergantung radar :D Terima kasih telah berkomentar