Acara bedah buku antologi carpon Neng Maya telah selesai dilaksanakan pada hari ini Sabtu, 21/2 2015 di Balai Rumawat Universitas Padjajaran Jl. Dipatiukur, Bandung. Masing-masing pembicara menyampaikan pesan khusus perihal sastra Sunda, peran media, dan khususnya perihal antologi Neng Maya.
Pembicara dalam bedah buku tersebut terdiri dari Cecep Burdansyah (pimred Tribun Jabar), C.W. Watson (Editor, penerjemah, sekaligus penggagas lahirnya antologi Neng Maya, beliau adalah profesor dan guru besar di Emiritus Kent University yang sekarang mengajar di ITB) dan DR. Lia Maulia Indrayani M.Hum (dosen Sastra Inggris Unpad)
Bagi Cecep Burdansyah, perjalanan Antologi Carpon Neng Maya memiliki sejarah berliku. "Kolom carpon di Tribun Jabar dimulai sejak tahun 2010, 4 tahun setelah ditambahnya kolom opini. Kolom carpon dibuat sebagai bentuk mulang tarima kepada warga Jawa Barat yang telah membesarkan media Tribun Jabar.
Perjalanan menambah kolom carpon itu sendiri bukan tanpa risiko, terlebih di awal-awal masa lahirnya kolom carpon hanya sedikit penulis yang mengirimkan naskah. Tidak jarang harus melakukan blusukan untuk meminta sastrawan Sunda untuk menulis carpon.
Semakin hari antusiasme warga Jawa Barat semakin terbuka, redaksi selalu menerima banyak naskah carpon di setiap minggunya. Akan tetapi demikian dari 10 naskah yang masuk, hanya 3 saja naskah yang layak tampil di Tribun Jabar."
Semua kegelisahan Cecep Burdansyah akhirnya terobati, sampai pada suatu ketika C.W Watson menghubunginya dan meminta ijin untuk menerjemahkan carpon Bangsat ke dalam bahasa Inggris. Kemudian ditambah lagi dengan permintaan untuk membuat antologi carpon petingan dari semua karya yang pernah midang di Tribun Jabar, maka lahirlah buku antologi Neng Maya yang diseleksi oleh C.W Watson dan diterbitkan oleh Penerbit Kiblat.
Cecep Burdansyah juga menyebutkan bahwa kualitas Sastra Sunda memiliki ajen inajen yang setara dengan sastra dunia bahkan sastra para peraih nobel sastra. Masalhnya adalah pemasaran, media, dan pengenalan yang terbatas.
Kemudian Dr. Lia lebih menyikapi proses penterjemahan yang tidak semata menerjemahkan teks melainkan menerjemahkan budaya. Dalam hal ini ada beberapa hal yang digaris bawahi, menerjemahkan sastra Sunda (carpon) ke panggung dunia bukanlah pekerjaan mudah, selain mementingkan sasaran (pembaca di luar) juga hraus mementingkan nilai sumber (khazanah budaya Sunda itu sendiri. Lagi-lagi bahasa menjadi ranah yang di dalamnya identitas suatu budaya memiliki karakter unik yang tidak mungkin tergantikan oleh karakter atau padanan karakter di budaya lain.
C.W Watson sendiri yang lahir di Inggris, menegaskan bahwa dirinya hanya butuh waktu 2 tahun untuk belajar bahasa Indonesia dan sudah terbilang cukup mumpuni, sekaligus mampu menerjemahkan buku-buku bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Tapi tidak demikian halnya dengan belajar bahasa Sunda. Sejak 2010 beliau belajar Sunda sampai saat ini masih dihadapkan oleh beberapa kendala yang cukup sulit. Bahasa Sunda memiliki khazanah rasa yang luas di dalamnya.
Sastra Sunda yang diangkat ke panggung dunia saat ini bisa dikatakan tidak ada, sastra lokal dari Indonesia melulu saja didominasi oleh sastra Jawa. Sehingga orang-orang dari luar Indonesia cenderung sangat terbatas memahami sastra Indonesia yang terbatas hanya pada sastra Jawa.
Berangkat dari minimnya pengetahuan dan keterbatasan ihwal sastra Sunda di ajang dunia, C.W. Watson merasa terpanggil untuk memperkenalkan sastra Sunda ke ajang dunia. Buku antologi carpon Neng Maya ini rencananya akan dijadikan buku yang bisa dimasuki oleh siapa saja ilmuwan dan para pembaca sastra di dunia agar lebih mengenal budaya Sunda. Salah satunya dengan mengikutkan buku antologi carpon Neng Maya ke dalam ajang Frankfurt Book Festival 2015 di Jerman.
Buku ini dijual seharga Rp. 50.000 (di tempat bedah buku) entahlah di tempat lain. Tidak pernah ada keterangan harga resmi berapa buku tersebut dijual. Atau pun keterangan lain perihal tempat penjualan buku, apakah bisa diperoleh di toko buku atau hanya bisa dijangkau di lingkup Kiblat saja.
Kiprah Tribun Jabar, Cecep Burdansyah, dan si bule C.W Watson ini semoga terus berkelanjutan. Semoga. Bravo carpon Tribun Jabar!
???????????????????????????????????????
ReplyDelete