Bayang-bayang tubuhku di atas genangan air memisahkan diri, memisahkan dirinya dari tubuhku. Kemudian menyelinap ke dalam gedung, ke dalam toko buku yang dalam beberapa menit lagi akan menjadi gelap, tertutup.
Ritme Gerimis di Hari ke-9 Bulan Desember (Bagian 5)
Bayang-bayang tubuhku telah kembali, ia melompat dari lantai tiga, melewati celah udara yang terbuka, celah yang cukup besar untuk meloloskan dirinya dan buku yang diambilnya dari rak di dalam toko.Gedeblug! Bayang-bayangku jatuh berdebum, tepat di dalam pelukannya. Ia tersenyum menatapku, mata kejoranya semakin saja berbinar-binar. Dipeluknya erat-erat buku itu, sangat erat, teramat sangat erat. Bayang-bayangku melipir, kembali berkecipak di dalam genangan, kembali ke tubuhku.
"Baca dan kenanglah diriku."
Begitulah orang kasmaran, bodoh dan buta. Buku tebal realisme sosial yang entahlah bagiku butuh waktu untuk membacanya. Mungkin bukan jenis buku yang aku gandrungi, mungkin aku butuh bersabar untuk suatu saat nanti bisa membacanya hingga usai. Entahlah, aku tidak tahu, aku hanya tahu ia sangat menyukai buku seperti itu.
"Aku harus pulang, sudah jam sembilan malam."
Ia mengatakan itu dengan lirikan matanya yang berkali-kali menatapi jam di tangan. Ya, ia harus pulang. Berlama-lama di seperempat malam, terlebih di kota besar bisa menjadi sasar.
Belum ada tanggapan untuk "Ritme Gerimis 9 Desember, Sekadar Beberapa Detik Saja Lebih Lama Bersamanya"
Post a Comment
Berkomentar memakai akun Blogger akan lebih cepat ditanggapi, berkomentar memakai akun Facebook tergantung radar :D Terima kasih telah berkomentar