... Masih gerimis. Masih di depan buku yang berpelukan di balik kaca. Jam di dadaku sebentar lagi menunjuk angka sembilan, ia akan segera pulang, ia harus segera pulang. Jendela toko-toko dan gedung satu demi satu terkatup. Kotak demi kotak jendela yang sempat terang berbinar-binar, perlahan menggelap. Merambat, seperti kartu domino, kemudian merembet di sekujur gedung. Tapi tidak dengan
cahaya di matanya, selalu saja binar.
Bayang-bayang tubuhku di atas genangan air memisahkan diri, memisahkan dirinya dari tubuhku. Kemudian menyelinap ke dalam gedung, ke dalam toko buku yang dalam beberapa menit lagi akan menjadi gelap, tertutup.
Bayang-bayang tubuhku telah kembali, ia melompat dari lantai tiga, melewati celah udara yang terbuka, celah yang cukup besar untuk meloloskan dirinya dan buku yang diambilnya dari rak di dalam toko.
Gedeblug! Bayang-bayangku jatuh berdebum, tepat di dalam pelukannya. Ia tersenyum menatapku, mata kejoranya semakin saja berbinar-binar. Dipeluknya erat-erat buku itu, sangat erat, teramat sangat erat. Bayang-bayangku melipir, kembali berkecipak di dalam genangan, kembali ke tubuhku.
"Baca dan kenanglah diriku."
Begitulah orang kasmaran, bodoh dan buta. Buku tebal realisme sosial yang entahlah bagiku butuh waktu untuk membacanya. Mungkin bukan jenis buku yang aku gandrungi, mungkin aku butuh bersabar untuk suatu saat nanti bisa membacanya hingga usai. Entahlah, aku tidak tahu, aku hanya tahu ia sangat menyukai buku seperti itu.
"Aku harus pulang, sudah jam sembilan malam."
Ia mengatakan itu dengan lirikan matanya yang berkali-kali menatapi jam di tangan. Ya, ia harus pulang. Berlama-lama di seperempat malam, terlebih di kota besar bisa menjadi sasar.
Banyak hantu di tepian jalan, bertengger di pagar-pagar, duduk-duduk di kursi kafe, berpelukan di sudut-sudut remang. Masih gerimis. Masih mengulur waktu agar ia tak segera pulang. Masih juga tak berkuasa untuk sekadar beberapa detik saja bersamanya lebih lama. Sedikit saja lebih lama karena untuk selama-lamanya bersama, entahlah bagaimana.
Info Absurditas Kata Lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Ritme Gerimis 9 Desember, Sekadar Beberapa Detik Saja Lebih Lama Bersamanya"
Post a Comment
Berkomentar memakai akun Blogger akan lebih cepat ditanggapi, berkomentar memakai akun Facebook tergantung radar :D Terima kasih telah berkomentar