IBX582A8B4EDEABB Senjakala Gangnam (Pikiran Rakyat - Minggu, 23 Desember 2012) | Info Absurditas Kata Senjakala Gangnam (Pikiran Rakyat - Minggu, 23 Desember 2012) - Info Absurditas Kata
Beranda · E-Mail Koran · Info Lomba · Kiat Menulis · Adsense · SEO Youtube · Jasa · Toko · Blog

Senjakala Gangnam (Pikiran Rakyat - Minggu, 23 Desember 2012)


Senjakala Gangnam
Absurditas Malka*

Ini dia, kisah lelaki paling jantan, Dol Juan. Lelaki yang lebih jantan dari domba kota intan. Kata orang, lelaki ini berwajah ganteng, sekali lirik sebelas ribu perawan langsung tergila-gila dan mengejarnya. Ah, sungguh jantan.
“Dun, wajah siapa itu?” Tanya Radan, sahabatnya Sadun, tangannya menunjuk ke poster Dol Juan.
“Itu Dol Juan.” Sadun menatap wajah dalam poster, telunjuknya menuduh tepat ke hidung Dol Juan. Lampu kamar membuat lipstik yang memulas bibir Dol Juan terlihat mengilap.
“Siapa dia? Don Juan maksudnya, ya?” Radan menelisik wajah dalam poster.
“Bukan, dia itu Dol Juan, bukan Don Juan.”
“Apa bedanya Don Juan sama Dol Juan?”
Sadun terlihat malas memulai cerita, sudah banyak sahabatnya yang bertanya perihal bedanya Dol Juan dan Don Juan, tidak hanya Radan.
“Kamu benar-benar tidak tahu Dol Juan?” Tanya Sadun, air mukanya terlihat penasaran.
“Benar, aku tidak tahu.”
“Wow, kamu ketinggalan. Kalau begitu, ikuti aku, kita akan bertemu dengan  Dol Juan, kamu akan tahu bedanya dengan Don Juan.”
“Bagaimana aku bisa membedakan keduanya? Don Juan saja aku sebenarnya tidak tahu.” Ucap Radan, wajahnya bermimik bolong.
“Hoalah! Payah, tenang saja. Nanti aku akan berperan sebagai Don Juan, kamu akan melihat bedanya. Okey.” Sadun tersenyum lebar. Diraihnya ponsel di atas meja, kemudian jemarinya memijit beberapa nomor. Tak lama ia terhubung dengan seseorang di seberang sana.
“Dol Juan, aku menantangmu untuk berburu perempuan. Takut atau takut banget?” Ucap Sadun menantang.
“Siapa lu? Kenapa lu manggil gua Dol Juan? Gua ini Don Juan, lelaki penakluk sejuta perempuan. Lagian, lu pasti kalah.” Jawab Dol Juan, kesal, sombong dan berangasan.
“Oh, ya? Buktikan saja nanti malam.” Sadun menjawab tenang.
Radan terlihat bengong, mendengar-dengarkan apa yang mereka bicarakan. Sadun sudah mengakhiri pembicaraan, telepon kembali tersimpan.
“Boy, nanti malam kita akan ketemu Dol Juan!” Ucap Sadun.
“Ciyus? Miyapa?” Radan masih terheran-heran.
***
 Malam beranjak malam, waktu yang ditunggu tak lama lagi datang, waktu ketika Dol Juan bertemu dengan Sadun yang berperan sebagai Don Juan. Kedunya akan bertanding, untuk menjadi Don Juan yang sebenarnya. Lelaki sang penakluk wanita yang paling mashyur di jagat raya.
“Kamu yakin?” Tanya Radan.
“Yakin apanya?” Sadun balas bertanya.
“Yakin Dol Juan datang? Yakin bisa ngadepin dia?”
“Haqul yakin!”
Keduanya gegas berangkat, menuju tempat paling berdenyar di jantung malam, tempat yang di langit-langit ruangnya lampu tak hentinya berpijar, berkedipan. Ruang yang isinya limpah ruah dengan perempuan yang hmmm... nyaris tak berpakaian.
Jep ajep ajep ajep...
Suasana ruang terdengar hingar, bingar, semua wajah terlihat berkelakar. Ratusan pasang mata yang sayu mendayu-dayu, dan dengus yang sendu. Sadun yang begitu mudah menemukan Dol Juan. Lelaki itu sedang terduduk di kursi bar, menikmati gelas-gelas wine, asap rokok, dan tubuhnya tak pernah berhenti menghentak-hentak kaku ikuti irama musik yang berdentuman.
“Hola, Dol Juan.” Sadung menyodorkan tangan.
“Oh, jadi lu yang nantangin gua ya?” Dol Juan tidak balas menjabat tangan.
“Ya, aku, siapa lagi? Aku Don Juan yang sebenarnya.”
“Ga usah banyak omong, kita mulai sekarang. Siapa yang bisa menaklukan wanita paling banyak dalam waktu satu malam, dialah Don Juan yang sebenarnya. Deal?”
“O la la, yakin?” Tantang Sadun.
“Takut ya lu?” Dol Juan menyodorkan tangan, ingin berjabat, ingin bersepakat dengan peraturan yang baru saja dibuatnya.
“Okey, deal!” Sadun membalas jabat Dol Juan, erat, penuh keyakinan.
“Hoi! Siapa yang mau duit 250 juta, sini!” Teriak Dol Juan, lantang.
Sadun tersenyum tenang, Radan terdiam tegang. Puluhan perempuan yang mendengar teriakan Dol Juan serta merta menyerbunya, memburu setumpuk uang di atas meja bar. Ada ratusan kecup, mendarat di wajah Dol Juan, beserta ratusan peluk.
“Lu, end!” Ucap Dol Juan kepada Sadun.
“Wow! Perempuan memang menyukai uang, tapi uang itu tidak lantas membuat mereka menjadi milikmu, bukan?” Jawab Sadun, enteng.
“Cih, kere kagak usah belagu. Liatin gua nih.”
Don Juan, berjalan ke arah kerumuna perempuan yang sedang menari-nari. Tak lama kemudian ia sudah kembali, bersama tiga orang perempuan yang digandengnya mesra.
“Apakah kalian mencintaiku?” Tanya Don Juan kepada tiga perempuan itu.
“Iya sayang, kami mencintaimu.” Jawab ketiga perempuan, semuanya menghadiahkan ciuman di wajah Dol Juan.
“Wow...” gumam Sadun.
“Kamu kalah lagi, Dun.” Bisik Radan.
Perempuan itu setelah mendapatkan uang berhelai-helai, kemudian menyelinap kembali ke keramaian, hilang di telan kerumunan.
“Mana aksi lu?” Tantang Dol Juan, tatapnya meremehkan.
“Dun, nyerah aja deh. Dia itu Dol Juan. Kamu ga bakalan menang, orang sedunia udah tahu siapa dia. Kemarin dia tampil di mass media Inggris, The Guardian katanya Indonesian Protest Over Dol Juan Text Message Divorce. Terus di Amerika Serikat juga dia tenar, ada beritanya di Huffington Post judulna,  Dol Juan, Indonesian Official, Divorces via Text Message to Teen Wife after 4 Days, Protests Follow. Masa kamu ga baca?” Radan terlihat semakin tegang.
“Busyet, ngomong apa sih? Lagian EGP, lihat aja aksiku nanti!” Sadun tidak menghiraukan ucapan Radan yang tadi sebagian bahasanya terdengar seperti bahasa burung, tidak dimengertinya.
“Iya deh, kumaha dinya weh.” Jawab Radan.
Dol Juan petantang-petenteng, menunggu aksi Sadun yang diyakininya tidak akan mampu menaklukan satu pun wanita, bahkan jika pun sadun diberikan sepanjang malam.
“Musik!” Teriak Sadun.
Musik pun berganti, lagu yang tak asing, lagu yang sangat dikenal oleh semua perempuan, termasuk Radan. Dol Juan celingukan, tidak tahu menahu itu lagu macam apa yang sedang diputar. Sial! Don Juan rupanya terlalu sibuk dengan urusan kutang dan bra, sampai dia tidak sempat mengikuti pop culture yang lagi ngetren di jagat bumi, budaya pop yang bisa meluluh lantakan sejuta wanita. Itu jurusan andalan Sadun. Wow, musik mengalun, musik PSY berjudul Gangnam Style. Ciyus?
Cetar! Sadun naik ke atas panggung, kakinya bergerak-gerak ritmis, tangannya menari-nari, meniru gerakan PSY yang eksentrik, tarian Gangnam yang mampu memikat jutaan perempuan.
Jep ajep ajep ajep...
Musik semakin menghentak, tarian Gangnam semakin menggila. Satu demi satu, perempuan yang ada di dalam ruangan ikut menari, ikuti tarian Gangnam. Semua orang di dalam ruangan bergoyang, kecuali Dol Juan yang ketinggalan jaman. Hanya celingukan dengan raut geram, segeram Gorgon yang kesepian.
Eeeeiii... Sexy lady...” Teriak Sadun.
Tubuhnya terus menari Gangnam, tarian pemikat sejuta perempuan. Di sekitar Sadun, perempuan aneka macam perempuan sudah berjubal-jubal, celup dalam keriangan. Dol Juan terlihat semakin geram, sendirian.
“Hoi siapa yang mau uang 250 juta?” Teriak Dol Juan, lantang, menggelegar. Sejenak tarian massal Gangnam berhenti, musik pun berhenti. Semuanya membeku, menatap ke arah Dol Juan yang tersenyum-senyum sembari mengibar-ngibarkan uang ratusan juta di tangan kiri dan kanan.
Eeeeiii... Sexy lady...” Teriak Sadun, seperti dalam nyanyian PSY.
Serempak, semua perempuan di dalam ruangan, melepas sendal dan sepatu mereka, dan berjamaah melemparkannya kepada Dol Juan.
“Ke laut aja sono!” Teriak semua orang.
Mereka tertawa riang, kembali menari Gangnam. Dol Juan geram, wajahnya merah padam.
“Kenapa Bro?” Bisik seseorang dari arah belakang Dol Juan. 
“Busyet, Ariel?” Dol Juan tersentak, lelaki yang berbisik di sisinya itu memang Ariel vokalis grup band paling tenar dari Bandung.
“Kalau mau jadi Don Juan caranya bukan gitu, Kang. Kalau ngandelin uang, muka dan jabatan doang, Akang cuma bisa jadi Dol Juan. Eh, punten Kang, cuma opini aja itu mah. Punten ya, aku mau ikutan nari Gangnam.” Ucap Ariel, panjang dan lebar.
“Aarrrggghh...” Dol Juan super duper geram.
Orang-orang di dalam ruang, semakin celup dalam hingar, riang menari Gangnam. Ariel pung ikut bergangnam. Sadun berjingkrak bersama kemenangan, dikerubuti segala jenis perempuan. Ah, Dol Juan sendirian, pulang berkalung sandal. Menangis di kegelapan malam, tersaruk-saruk hanyut bersama sejuta kekalahan.

Bandung, 6 Desember 2012

Artikel keren lainnya:

Belum ada tanggapan untuk "Senjakala Gangnam (Pikiran Rakyat - Minggu, 23 Desember 2012)"

Post a Comment

Berkomentar memakai akun Blogger akan lebih cepat ditanggapi, berkomentar memakai akun Facebook tergantung radar :D Terima kasih telah berkomentar