DOA YANG MENELAGA DI DADA, DOA YANG MENGAIRMATA DI PUSARA
Ketika Rindu Hanya Mampu Mengecup Tiada | Mengenang Almarhum Bapak
Bayang wajahmu, berlarian di deras doa-doaku. Menjadi kenang yang kekal, menjadi memoar yang tak pernah lengang. Bayang wajahmu, di dalam dadaku berselaksa, menjadi bunga.
Terbang, terbanglah... Rengkuh tiadamu yang paling terang, yang penuh cahaya.
Terbang, terbanglah dalam kekal sana.
Tersenyumlah.
Tiga puluh tahun kebersamaan, sesekali saja aku tak pernah mengecap sebentuk bentak yang sasar, dari ucap maupun tindakmu. Tiga puluh tahun kebersamaan, sesekali pun tak pernah aku melihat kesedihan berlumur di matamu yang paling sudut. Tiga puluh kebersamaan, bahkan sesekali juga aku tak pernah melihat keputusasaan terurai dari sekujur tubuhmu.
Tiga puluh tahun kebersamaan, bersamamu hidup adalah perkara yang paling ringan, penuh ketenangan, bercurah kearifan, senantiasa berhujan pengharapan. Dalam tabah, dalam doa, dalam apa saja hidup selalu terasa begitu terang.
Kali terakhir pertemuan kita adalah kesunyian yang belati. Pertemuan yang tak habisnya menikamkan segala macam perih. Tubuhmu yang layu, terbaring tak lagi sadarkan diri. Hanya terbaring, tidak menyebut siapa pun, tidak mengucap sepatah pun. Hanya kedip di setiap kali Ibu memapahmu pada kalimat tahlil. Hanya napas yang terurai berlari, lembar demi lembar.
Ini malam, rindu mengepungku. Sebagaimana malam-malam yang sudah, sebagaimana pula malam yang akan. Mengepungku dalam badai yang menjadi bulir dingin di mataku yang paling sudut, di hatiku yang paling larut.
Dan doa-doa tak hentinya berterbangan dari sekujur diriku, memeluk tiadamu, mengecupi jejak-jejakmu. Dan doa-doa adalah satu-satunya ruang yang tersisa untuk kita saling bersua.
Dan doa-doa tak hentinya berterbangan dari sekujur diriku, memeluk tiadamu, mengecupi jejak-jejakmu. Dan doa-doa adalah satu-satunya ruang yang tersisa untuk kita saling bersua.
Bandung, 26 Juli 2013
Aku yang ini malam rapuh dalam rindu
Info Absurditas Kata Lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Deras, Deras Air Mataku. Menelaga di Pusara, Merindukanmu"
Post a Comment
Berkomentar memakai akun Blogger akan lebih cepat ditanggapi, berkomentar memakai akun Facebook tergantung radar :D Terima kasih telah berkomentar