Dua tahun silam, setelah bercerai karena masalah perekonomian, saya berupaya untuk move on. Berupaya membangun kehidupan dengan taraf ekonomi yang lebih baik. Penghasilan ratusan ribu rupiah perbulan, cukup buat apa?
Menyiasati itu, saya menulis cerpen sebagai “pekerjaan sampingan” dan hasilnya bisa dikirimkan untuk ibu di kampung. Sebagai penulis pemula, saya bersyukur ada beberapa media yang mau menerima tulisan saya.
Setelah berpikir matang, saya bermaksud meninggalkan pekerjaan yang sudah digulati selama 5 tahun, sebagai Entry Data di perusahaan vaksin bertaraf internasional.
Pada suatu hari, saya menemukan lowongan kerja di salah satu penerbit buku di Jakarta. Saya mengirimkan lamaran, kemudian diwawancara. Satu minggu setelah wawancara, saya ditelepon untuk segera bergabung sebagai Layouter.
Di waktu yang sama, sahabat terdekat saya, editor penerbit buku di Bandung. Beliau memberi modal puluhan juta rupiah untuk membangun usaha baru, jualan ikan laut bakar. Saya memilih untuk menjadi wirausahawan. Tawaran bekerja di Jakarta beserta UMR dan tunjangan lainnya, saya tolak.
Dua bulan pertama jualan ikan laut bakar, hasilnya mengejutkan. Bulan ketiga dan keempat, terjadi tiga kesalahan fatal yang sampai saat ini masih menjadi mimpi buruk bagi saya. Konsumen kabur, sepi pembeli, saya mengisi waktu untuk membaca dan menulis cerpen. Akhirnya, sampai pada titik darah penghabisan, usaha tersebut bangkrut dan tinggal kenangan. Modal puluhan juta hangus tak bersisa. Mimpi pun menjadi jelaga.
Pemilik modal yang sudah memberi kepercayaan, tentu kecewa tapi beliau tidak mengumbar kekecewaannya. Beliau tetap menjadi sahabat saya, memotivasi, tetap hadir, tetap ada
#menjagapi persahabatan sampai saat ini. Senyumnya selalu terkembang. Kegagalan tersebut kita jadikan pelajaran berharga.
Salah satu cerpen yang dulu saya tulis menjelang gulung tikar, berhasil menembus Koran Kompas. Beberapa bulan kemudian cerpen tersebut terpilih menjadi salah satu cerpen yang lolos seleksi emerging writer, festival kepenulisan terbesar di Asia.
Mendengar kabar tersebut, beliau datang untuk memberikan ucapan selamat. Tangannya hangat erat memberi jabat. Senyumnya lebar, terkembang.
|
R.I.P. Panglima Ikan Bakar - Bandung |
Belum ada tanggapan untuk "Lelaki yang Senyumnya Selalu Lebar Terkembang"
Post a Comment
Berkomentar memakai akun Blogger akan lebih cepat ditanggapi, berkomentar memakai akun Facebook tergantung radar :D Terima kasih telah berkomentar