Aku masih tersaruk, puruk, seluruh ingatan perlahan membusuk. Tidak ada gagas peradaban yang bisa kupinjam untuk menalar kayu yang geram menghajar, membanting, menumbuk ubun-ubun ketika hidup sudah utuh menjadi mayat.
Tuhan tidak pernah salah, Tuhan tidak pernah terbagi. Jalan menujunya tidak pernah tunggal di wajah bumi ini, hanya di langit saja segalanya manunggal. Aku kemudian terbelalak, kenapa jalan-jalan kepada Yang Maha Kekal itu melulu ditempuh dengan ritus-ritus lebam. Bagaimanapun Tuhan tidak pernah salah, tidak juga menanggung segala tetes darah yang jatuh atas namaNya.
Katakanlah Allah itu esa.
Telah kujeritkan, tanpa kayu, tanpa batu, tanpa besi. Katakanlah terka malakat tentang kita yang gemar menumpah darah itu pada akhirnya kaprah. Setidaknya kita menegas jalan lain selain terka dan tanya. Sepenuh yakin, menempuh kekal tanpa lebam dan sasar.
Info Absurditas Kata Lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Tuhan Tidak Pernah Salah"
Post a Comment
Berkomentar memakai akun Blogger akan lebih cepat ditanggapi, berkomentar memakai akun Facebook tergantung radar :D Terima kasih telah berkomentar