ENDLESS EXISTENCE TO BE
Absurditas Malka
"Catatan ini kutulis ketika sekujur tubuhku utuh dilumuri puing, dari hati sendiri yang berserak. Dari robohan nasib yang kandas. Bersama jelaga, debu, dan mimpi yang pecah menjadi serpih, kutuliskan untuk hari depan, catatan doa-doa. Semoga Tuhan mendengar... Semoga."
Tahun kedelapan dari kesendirian...
Rasa takut, kesedihan, keputusasaan, amarah, rindu, dan entah apa lagi, datang dan pergi. Semuanya menjadi jejak, menjadi yang sekadar tinggal di dalam ingatan, bertumpuk-tumpuk, berdesak-desak. Sebagian begitu saja terlupakan, sebagian lain kerap masih bergentayang.
Sekian tahun kesendirian, aku selalu mampu menghadapi apa saja yang digulirkan nasib, yang terburuk yang terbaik. Tak perlu tangan sesiapa, tak perlu, cukup tangan-tanganku saja untuk memecah pernyataan-pernyataan kehidupan. Kemudian menerima segala apa yang terjadi, dalam kelajuan yang lamban maupun berlesetan. Kesendirian adalah rahim, adalah ibu, adalah semesta segala-gala.
Kini, di sekelilingku, hanya puing, sisa runtuhan, dan serpihan mimpi yang mengepung. Mataku yang menyisakan tatap, mencari-cari sosok. Telingaku yang masih diberi dengar, mencari-cari suara. Hatiku yang masih berdenyar, kini mencari-cari kehadiran. Berharap, sangat berharap ada sepasang mata yang lain di sini, sepasang mata yang cahayanya menjadi telaga tempatku merasa pulang, tempatku merasa tenang.
Info Absurditas Kata Lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Endless Existence To Be (Doa untuk Hari Depan)"
Post a Comment
Berkomentar memakai akun Blogger akan lebih cepat ditanggapi, berkomentar memakai akun Facebook tergantung radar :D Terima kasih telah berkomentar