KEMAS APIMU, AGAR SEKAM TAK MELULU MENGUAR ASAP
Catatan Harian untuk Langit | Absurditas Malka
Catatan ini kutulis bersama segala lirih, karena tak pernah mungkin dalam nyata aku berbahasa. Kerap segala bahasa berujung pada ledak, dariku, darimu.
Dear...
Tahukah kamu apa yang paling megah dalam hidupku? Menikah bersamamu, itulah yang termegah. Kamu adalah yang sempat -entah dalam sadar atau tidak- menabur janji untuk bersetia dalam duka dan tawa. Bersetia di sisiku tempuhi apa pun yang digenapkan hidup untuk aku dan kamu. Ya, kamu, hanya kamu, tak pernah ada yang lain. Bersamamu adalah perjalanan yang paling penuh pesona.
Berbulan lalu, Mei hari ke-20, setahun ke belakang. Itulah hari ketika aku beranjak dari segala kejengahan solitude yang datang di setiap hari, berkemas menjadi ruang dan waktu yang selalu bisa menjadi tempatmu untuk pulang dan merasa riang. Hari itu, masih ingatkah kau? Hari ketika aku berharap, sangat berharap, kamu adalah saksi terindah yang kelak menguar doa di atas pusaraku.
Dear...
Telah kuserahkan segala-galanya pada nasib, telah kuterima apa pun yang digulirkan waktu. Telah kuimani kamu sebagai satu-satunya yang mesti dan harus utuh menjadi duniaku, menjadi semesta hidupku, menjadi alasan untuk setiap bulir keringatku yang berjatuhan. Menjadi sebentuk energi yang di setiap belulangku, berderak-derak membangun mimpi yang sederhana, tentang kita, tentang aku dan kamu. Kamu tak pernah memahami itu, tak pernah.
Waktu semakin bergulir, segalanya kini telah berubah. Entahlah, aku tidak tahu ke mana raibnya segala-gala yang kurasakan itu. Ke mana tiadanya mereka semua?
Di dalam sini, hanya lengang, hanya kosong, hanya ketakbermaknaan yang tersisa. Tidak ada kamu, tidak ada siapa pun. Hanya ada jelaga dan abu, yang tersisa untuk setiap saat yang kerap kamu bakar dengan api segala macam api.
Dear...
Kemas apimu, agar sekam tak melulu menguar asap. Aku lelah terbakar, aku lelah menjadi abu. Aku hanya ingin menghabiskan sisa hidup dalam tenang. Kembali kepadamu, aku tak sanggup, tak ada lagi telaga yang bisa memadamkan bara. Samudera-samudera kesempatan telah karam, menyisakan jelaga.
bersambung...
Info Absurditas Kata Lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Kemas Apimu, Agar Sekam Tak Melulu Menguar Asap (Untuk Langit )"
Post a Comment
Berkomentar memakai akun Blogger akan lebih cepat ditanggapi, berkomentar memakai akun Facebook tergantung radar :D Terima kasih telah berkomentar