Kasus
cerpen dimuat ganda (
cerpen yang sama dimuat di banyak media massa/koran dan majalah, baik itu pada hari yang sama atau pada hari yang berbeda) sepertinya tidak akan surut dalam waktu dekat. Kasus pemuatan ganda masih akan terjadi besok hari, besoknya lagi, dan besok dari besoknya lagi.
Belum lama ini terjadi kasus pemuatan ganda, sebut saja misalnya Fandrik Ahmad, Agus Noor,
Anton Kurnia, Dadang Ari Murtono, atau Si
Absurditas Malka, dan masih banyak lagi penulis lain.
Dalam hal ini, saya tidak bermaksud menyudutkan salah satu pihak, baik itu penulis maupun redaktur koran. Kasus pemuatan ganda itu harus dilihat berdasarkan konteks, saya tidak bisa menghukumi penulis atau redaksi dari kaca mata saya sendiri. Konteks itulah yang kemudian akan dengan sangat jelas memperlihatkan siapa yang bebal, siapa yang benar.
Beberapa Penyebab Umum Pemuatan Ganda
Pertama, kasus pemuatan ganda hanya akan terjadi karena penulis mengirim naskah ke banyak media. Pengiriman 1 karya ke banyak media sebenarnya tidak melanggar aturan apa pun, selama si penulis mawas diri dan mampu memperhatikan pemuatan sastra di semua media yang dikiriminya.
Ketika cerpennya dimuat di salah satu media, ia harus segera/langsung melakukan pembatalan/menarik naskah dari redaksi lain. Hal ini (pembatalan/penarikan naskah) berlaku juga bagi penulis yang merasa pesimis tidak akan dimuat di satu redaksi kemudian mengirimkannya ke redaksi lain.
Ketika ia mengirim karyanya ke redaksi lain karena lelah terlalu lama menunggu di satu redaksi, sekiranya sangat indah bila ia juga mengirimkan surat penarikan naskah. Jalan lain yang lebih simpel adalah selalu menyertakan masa tunggu dalam surat pengantar naskah, misalnya "bila dalam satu bulan tidak dimuat, naskah saya tarik dari redaksi." Nggak susah, kan?
O iya, ada beberapa yang mengatakan kirim karya ke banyak media adalah cara yang tidak etis alias tidak boleh dilakukan penulis. Celakanya, orang-orang yang berpendapat seperti ini kerap bersikap timpang. Ketika pemuatan ganda dilakukan cerpenis kelas kakap, mereka diam-diam saja dengan dalih karyanya bagus, layak tampil ganda dan lain sebagainya. Beda halnya dengan cerpenis baru, mereka beramai-ramai mem-bully di media massa, berpedas-pedas melontarkan amarah. Hukum rimba banget!
Bila kasus pengiriman ke banyak media dan pemuatan ganda masih dilakukan cerpenis kelas kakap, tentu akan berimbas pula pada penulis lain yang masih berdarah-darah untuk sekadar mencicipi halaman sastra di koran/majalah. Pembelajaran yang baik senantiasa dilandasi oleh uswatun hasanat (contoh yang baik) :D #Haruuuuh
Kedua,
redaktur yang tidak mudeng halaman sastra. Hari ini, sekarang ini, sudah ada grup sastra yang memantau cerpen siapa dimuat di koran apa. Daftar
cerpen minggu di Sastra Minggu seharusnya menjadi petunjuk yang cukup untuk menjarin karya mana saja yang masih baru dan karya mana yang sudah pernah dimuat.
Bila semua redaktur sastra mau meluangkan waktu satu jam (atau mungkin hanya 15 menit saja) dalam seminggu untuk mengintip cerpen-cerpen yang pernah dimuat, setidaknya kasus pemuatan ganda bisa diminimalisir. Syukur-syukur bisa diberantas habis.
Ketiga, patahnya komunikasi antara redaksi dan penulis. Poin terakhir ini saya kira sangat penting, perkembengan TIK (Teknologi, Informasi, dan Komunikasi) seharusnya mempermudah dan mempermurah jalan komunikasi. Dalam hal ini redaktur HARUS menyapa penulis baik itu melalui SMS, e-mail, WA, Line, FB, dll. perihal cerpen penulis yang akan dimuat redaksi. (CUMA 1x dalam seminggu loh.)
Redaktur: "Coy! Gue mau nerbitin cerpen lu, ntu cerpen belum pernah dimuat di mane-mane, kan?"
Penulis: "Oke Jack! Muat aja, belum pernah dimuat kok. Ciyus."
Simpel, sesederhana percakapan di atas. Kesederhanaan yang susah terwujud karena pihak redaksi masih sedikit yang berkomunikasi dengan penulis dan pihak penulis masih sedikit yang mau jujur perihal fakta cerpennya pernah dimuat/tidak pernah dimuat di media lain ketika komunikasi itu terjadi.
Intinya ya begitu, setiap kasus pemuatan ganda harus dilihat berdasarkan konteks. Tidak bisa dihukumi dengan membabi-buta apa lagi mengarah ke tindakan bullying. Toh sejarah telah membuktikan bullying tidak memberikan banyak perbaikan.
Lagian, nasib sebuah karya tidak hanya ditentukan oleh tangan penulis atau komputer redaktur, apa lagi oleh para pem-bully yang ugal-ugalan, ada tangan-tangan lain yang melampaui kekuasan ketiganya. :D
Hatur nuhun, mari menulis lagi. Mari mengirim karya lagi. Mari kita lihat, besok hari mungkin cerpen Anda atau saya yang dimuat ganda :p Viva
Absurditas Kata! (
Like-nya atuh jangan lupa ya, Aa dan Teteh.)
Belum ada tanggapan untuk "Pemuatan Cerpen Ganda: Tanggung Jawab Penulis, Redaktur Koran, atau Tuhan?"
Post a Comment
Berkomentar memakai akun Blogger akan lebih cepat ditanggapi, berkomentar memakai akun Facebook tergantung radar :D Terima kasih telah berkomentar