Ada tamu istimewa lagi nih di
Info Absurditas Kata, kali ini beliau diculik dari koran Inilah Koran Jawa Barat. Beliaulah yang menggawangi rubrik resensi di koran tersebut. Kalau kebetulan di tempatmu ada
Inilah Koran coba lihat deh, siapa penulis resensinya?
Resensi yang Baik itu Baik dan Buruk
Beberapa waktu lalu ada seorang teman yang pernah menulis resensi hanya dengan melihat daftar isi. Ya, tanpa membaca isinya. Apakah tulisan dia itu sudah termasuk resensi atau bukan ya? Resensi yang baik itu bagaimana sih Pak Suro?
Resensi yang baik, pertama-tama, tentu harus membaca buku tersebut dan pahami dan mengerti isinya. Artinya, lebih lengkap dan tuntas membaca buku yang akan diresensi, tentu akan lebih lugas dan khusus apa-apa saja yang akan disampaikan ke para pembaca resensi, yang tentu saja, bertujuan agar pembaca resensi, yang tidak sempat atau tidak tahu buku tersebut, dia (pembaca) merasa mendapatkan informasi yang cukup dan punya keinginan untuk membaca lebih lanjut, buku yang telah mencuri minatnya saat membaca sebuah resensi kemudian tertarik dan ingin membaca lebih lanjut buku tersebut.
Berikutnya, idealnya tentu menyampaikan kelebihan dan kekurangan isi tersebut secara seimbang. Artinya, resensi yang baik tidak melulu mengumbar hal-hal yang baik-baik saja mengenai buku itu yang akhirnya menjadi kesan hanya sebagai penyambung iklan sebuah penerbit. Juga perlu disampaikan kekurangan menurut peresensi nanti juga akan dirasakan/dialami oleh para pembaca buku tersebut. Misalnya, dari segi layout buku cukup menarik, tapi dari segi bahasa, kesalahan tulis, tanda baca banyak ditemukan dan ini cukup mengganggu keterbacaan.
Cuma, dari hal-hal yang ideal tersebut, ada hal-hal lain yang juga harus dipertimbangkan oleh peresensi. Bila peresensi ingin hasilnya dimuat oleh media cetak, tentu harus mempertimbangkan ketersediaan tempat untuk tulisan resensi itu. Tiap media cetak punya space atau jumlah karakter/kata yang harus dipenuhi oleh peresensi. Misalnya, untuk media Inilah Koran, karena space/karakter tulisan yang diperlukan sekitar 4.000 karakter, tentu tidak bisa secara detail menyampaikan keunggulan-keunggulan dan juga kekurangan-kekurangan buku tersebut sekaligus.
Jadi, peresensi harus berhitung, karena space yang diperlukan terbatas jadi yang mesti disampaikan mesti padat dan lugas. Bayangkan saja seperti halnya kita menulis di Twitter, karena karakter dibatasi tentu jalan keluarnya tulisan harus lugas dan padat.
Catet Sob, tugas peresensi itu bukan mempromosikan buku atau menjadi kepanjangan tangan penerbit. Peresendi punya tanggung jawab dua arah, ke pihak penerbit dan pembaca. Jadi seorang peresensi harus bisa menyampaikan baik-buruk sebuah buku secara berimbang.
Kiat Menulis Resensi
Selanjutnya, Pak Suro ini akan berbagi kiat menulis resensi. Enak loh, uraiannya sudah sistematis. Simak lagi yuk.
- Baca, pahami, dan mengerti isi buku yang akan diresensi.
- Menulis resensi, juga mengenal istilah, pengantar, isi, dan penutup.
- bila ingin lebih sederhana dan cepat, kita bisa menggunakan sinopsis buku tersebut sebagai bahan menulis sebuah resensi.
- Tulis apa-apa saja isi buku tersebut yang ingin kita sampaikan kepada pembaca, kemudian jangan lupa setelah selesai baca ulang agar resensi tersebut runut, pengantar, pembaca seolah mendapat informasi awal tentang hal ihwal buku tersebut. Isi, pembaca diajak mengetahui isi buku tersebut (baik itu kelebihan atau kekurangannya), Penutup, pembaca diajak minatnya untuk kemudian berlanjut membaca buku tersebut, tidak cukup hanya membaca resensinya.
- Kalau pembaca sampai sangat berminat membaca buku setelah membaca resensinya, berarti resesi tersebut berhasil mempengaruhi pembaca (resensi yang baik).
Penerbit Harus Perhatian Kepada Resensor
Apa sih manfaatnya menulis resensi selain penyampai nilai sebuah buku? Apa juga timbal balik yang diberikan penerbit kepada peresensi yang sudah ikut mempromosikan buku mereka?
Meresensi itu pasti ada imbal-baliknya. Di samping mendapatkan buku gratis dari penerbit juga mendapatkan imbalan/honor menulis dari surat kabar yang memuat hasil resensi kita.
Tentang Kolom Resensi Buku di Inilah Koran
Terkahir, Paks Suro gimana nih, kapan Inilah Koran akan memberikan ruang kepada penulis resensi non-karyawan Inilah Koran? He he he...
Inilah Koran, ke depannya pasti akan memberikan kesempatan selain wartawan dan karyawannya untuk berkontribusi mengisi rubrik resensi buku, sebagai imbal-balik atau interaksi membina/keterlibatan antara media dan pembaca. Tentu bagi peresensi yang karyanya dimuat akan mendapatkan imbalan sesuai ketentuan di redaksi Inilah Koran.
Wah, info keren banget Sob, Inilah Koran pasti akan memberikan ruang kepada para penulis resensi untuk bisa mengirimkan karyanya agar dimuat di koran tersebut. Semoga cepat terlaksana dan semoga bisa diikuti koran besar lainnya yang ada di Jawa Barat.
Kalau belum sempat baca tulisan resensi Bapak Suro Prapanca di koran cetak, Sobat semua bisa kapan saja berkunjung ke blog resensi beliau, di alamat
Best SellerBooks, ada banyak resensi buku di sana, selalu
update dan lengkap. Saya sendiri paling suka resensi buku
1001 Alasan Kamu Harus Sayangi Ibumu. Yuk, kita lompat ke blog keren itu. Baca baca baca!
Nuhun kang Kamal, saya rasa dengan membaca artikel kali ini taksedikit orang yang senang dan bahagia bisa memiliki peluang menjadi resensor yang tulisannya akan dibaca banyak orang.
ReplyDeleteWaduh, sepertinya kolom komentar yang saya pakai ini error, kalau dikomentarin via blogger FBnya jadiilang :D
ReplyDeleteBtw, sami-sami Kang.