Hari ini ada nara sumber istimewa di Info Absurditas Kata, dia akan berbagi
proses kreatif dalam dunia tulas-tulis. Kita sambut, Dias Novita Wuri. Selain kece badai dan lulus kuliah di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UI Jurusan Sastra Rusia, Dias juga telah mengantongi banyak prestasi dalam dunia kepenulisan. Sebut saja beberapa cerpennya telah berkali-kali dimuat di koran
Tempo. Tahun 2014 lalu dia juga menjadi peserta
UWRF 2014 Saraswati.
Prolog Kejar-Kejaran
Pertama-tama, saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas kesempatan berpartisipasi menyumbang tulisan dalam blog mas Malka. Mohon maaf atas lambatnya saya membalas, karena sedang proses mengedit tulisan orang yang cukup panjang dan setiap hari dikejar-kejar oleh penulisnya. :D
Tetapi marilah. Bersama ini saya kirimkan tulisan tersebut. Saya merasa sangat terhormat atas tawaran mas Malka.
Luar biasa! Di tengah kejar-kejaran waktu ini, Dias telah merelakan waktunya untuk menulis sharing proses kreatif ini. Hatur nuhun.
Penulis Tidak Perlu Mengatakan "Belum Ada Waktu" untuk Menulis
Waktu adalah kunci segalanya, seorang penulis adalah dia yang selalu punya waktu untuk menulis di tengah dunia sehari-seharinya yang serba sibuk!
Sehari-hari, saya bekerja penuh waktu di Kedutaan Besar Jepang di Jakarta sebagai staf bagian Protokol. Atasan langsung saya adalah wakil duta besar, tapi kalau dipikir-pikir lagi, ternyata saya lebih banyak melayani duta besar. Ini pekerjaan dengan jam kerja 9-5, jadi sesungguhnya saya sama saja seperti orang-orang lain yang setiap pagi berjibaku dengan kemacetan, lalu duduk selama berjam-jam di sebuah kursi, di depan komputer jinjing; lalu di sore hari kembali berjibaku dengan kemacetan untuk pulang ke rumah. Selain pekerjaan kantor, saya juga ikut mengurus bisnis keluarga di rumah, dan di sela-sela semua itu barulah saya berusaha meluangkan waktu untuk menulis.
Penulis dan orang yang bermental penulis tidak akan pernah mengatakan "belum ada waktu" untuk menulis :) Seperti yang dialami juga oleh Dias, meskipun kesibukannya berjuta, dia selalu bisa menulis! Selalu ada waktu untuk menulis, mungkin itu sebabnya kerap tulisannya nangkring di berbagai media nasional.
Menulis Prosa untuk Menembus Media Massa
He he he... Ini nih penting banget. Banyak penulis khususnya yang penulis cerpen yang berebut jatah agar karyanya bisa dimuat di salah satu media. Dan Dias punya jalan khusus untuk menembus media massa dengan tulisannya.
Bagi saya, salah satu yang terpenting adalah mengenai gaya masing-masing media massa. Tentunya setiap media massa memiliki persyaratan teknis tertentu—seperti jumlah kata, panjang halaman, jenis font, dan lainnya—tetapi ada juga kiblat tertentu yang mereka anut, di luar aspek teknis. Beberapa media menyukai tulisan-tulisan yang bahasanya sangat puitis, sementara media lain tidak begitu menggemari pameran emosi yang berlebihan di dalam tulisan kita. Selain itu, tentu saja, yang lebih penting lagi adalah jangan berhenti menulis (klise, ya).
Bicara menembus media massa pertama-tama harus paham teknis. Sesuaikan tulisan dengan ketentuan teknis dari masing-masing media, misalnya untuk mengirim cerpen ke kompas buatlah cerpen yang jumlah karakternya sesuai kriteria mereka (terutama jangan kurang!). Kalau persyaratan teknis sudah diabaikan, naskahmu bisa lebih cepat di-recyclebin-kan :)
Persiapan Menjelang Kelahiran Buku Baru
Penulis kece badai ini sudah memiliki beberapa antologi, bersama penulis kelas kakap pula (Ayu Utami dalam buku
Kisah Orang-orang Scorpio), selain itu salah satu prosanya terhimpun dalam Antologi Dwi Bahasa Saraswati UWRF 2014.
Sesungguhnya saya belum memiliki buku sendiri. Saya hanya beberapa kali berpartisipasi dalam bunga rampai bersama penulis-penulis lain, salah satunya buku cerpen pop yang saya kerjakan bersama Ayu Utami serta beberapa penulis, yang telah diterbitkan KPG dan bercerita mengenai zodiak Scorpio (yang juga adalah zodiak saya dan Ayu). Selain itu, saat saya terpilih mengikuti Ubud Writers and Readers Festival (juga bersama pemilik blog yang kece ini), karya cerpen saya diterbitkan dalam bunga rampai festival yang berjudul Saraswati.
Saat ini saya sedang mengerjakan sebuah novel sebagai syarat kelas Akademi Menulis Dewan Kesenian Jakarta yang belum lama ini saya berhasil terpilih untuk mengikuti. Untuk ceritanya, saya hanya bisa mengatakan bahwa ini buku yang agak eksperimental. Latarnya ada empat, tokohnya empat, dan seterusnya. Saya hanya mohon doanya agar buku ini dapat berhasil diselesaikan tepat waktu sesuai permintaan DKJ dan layak untuk diterbitkan.
Proses melahirkan karya (buku) yang sedang dijalani Dias ini sepertinya tidak lama lagi. Kita tunggu buku itu meramaikan dunia buku Indonesia. Penasaran kan? (Sama, aku juga penasaran)
Makna Pencapaian Menulis yang Tertinggi
Ada banyak orang yang ingin menjadi penulis, tidak semuanya punya tujuan kenapa ia harus menulis? Apa yang ingin dicapainya dengan menulis? Alih-alih dari tidak hadirnya kejelasan tujuan, kemudian ia senantiasa bilang menulis itu never end journey (Ya eya lah! Semuanya gitu :D) Nah, Gimana pendapat Dias mengenai pencapaian dalam dunia menulis?
Bagi saya, pencapaian menulis yang tertinggi adalah apabila kita telah berhasil menginspirasi orang lain. Sebuah tulisan tidak hanya untuk dinikmati, tetapi menginspirasi dalam berbagai cara. Itulah pengaruh dari karya-karya besar dari penulis-penulis besar yang selama ini kita kenal dan cintai. Jika kemudian kita menjadi terkenal atau kaya karena buku-buku kita meraih bestseller atau penghargaan-penghargaan bergengsi, itu hanya bonus kecil.
Yuk ah kita menulis lagi, rupanya masih jauh karya kita agar bisa menginspirasi orang banyak seperti beberapa karya yang telah ditulis Dias ini. Intinya, jangan pernah merasa puas dan berhenti setelah berhasil menggapai sebuah prestasi.
Tentang Mendidihnya Antusiasme Para Penulis Muda
Para penulis muda saat ini semakin agresif dalam menyerbu media massa. Gimana Dias mencermati realitas tersebut?
Saya melihat, seiring pesatnya perkembangan teknologi, penulis-penulis muda jadi semakin terdorong untuk menerbitkan tulisan mereka lewat media massa. Generasi kita menikmati kemudahan yang tidak dapat diperoleh penulis-penulis dari generasi yang lebih tua saat mereka muda. Apabila kita hari ini menerbitkan tulisan di media cetak, keesokan harinya tulisan kita sudah dapat dibaca dengan mudah lewat online. Saya rasa itu sangat mendorong para penulis untuk menyumbangkan karya mereka dan ikut meramaikan gejolak sastra Indonesia saat ini. Menurut saya ini hal yang sangat membahagiakan. Saya sangat senang saat semua orang menulis, meskipun itu berarti saya jadi punya banyak saingan! Marilah kita banyak-banyak menulis, jangan berhenti bahkan seandainya kita merasa tulisan kita buruk. Dengan terus membaca dan menulis, kemampuan kita pun nantinya akan terpoles dengan sendirinya.
5 Januari 2015 (tanggalnya bagus, ya!) Terima kasih banyak, Mas Malka! :*
Sekian Sob, sharing proses kreatif dari Dias Novita Wuri ini, ada banyak ilmu yang menginsipirasi yang telah dibagi-bagikannya. Semoga apa yang ditulis di tengah kesibukannya ini menjadi nyala inspirasi bagi kita semua.
Belum ada tanggapan untuk "Menulis Cerpen & Menembus Media Massa (Tips Dias Novita Wuri: Cerpenis Koran Tempo + Penulis UWRF 2014)"
Post a Comment
Berkomentar memakai akun Blogger akan lebih cepat ditanggapi, berkomentar memakai akun Facebook tergantung radar :D Terima kasih telah berkomentar