Penulis dan fotografer punya kesamaan loh, sama-sama tukang ngambil momen. Fotografer mengubah momen yang diculiknya menjadi gambar dua dimensi. Kalau penulis mah menjadi buku atau catatan dalam bentuk lain (blog, note facebook, atau cerpen di halaman koran).
Buat kamu yang berharap jadi cerpenis keren dan berharap juga tulisanmu getol dimuat di media massa, mulailah dengan pintar-pintar mengambil momen. Sssstttt... Jangan bilang siapa-siapa ya, media kita (koran dan majalah) sebagian besar cenderung tematik.
Misalnya, kalau musim lebaran tema-tema medianya disesaki berita dan aneka tulisan tentang lebaran (termasuk halaman sastranya). Lagi musim haji, rame-rame ngambil tema ibadah haji. Lagi musim imlek, berebutan ngeberitain imlek.
Nah, tidak hanya berita saja yang tematik seperti di atas, kolom sastra juga demikian. Sebagian besar media massa di Indonesia menampilkan karya sastra di halaman mereka agar sesuai dengan tema yang mereka pakai.
Contoh kasus, ketika musim Imlek kemarin, cerpen Guntur Alam, yang dimuat di Kompas dan Femina, dua-duanya berhubungan dengan budaya Cina (masih seputar imlek).
Bagaimana Penulis Memanfaatkan Momen?
Pertama, Tidak sama seperti fotografer yang sifatnya ngedadak, begitu ada momen langsung tembak, jebret jadi foto. Penulis mah jauh lebih kece, mereka harus menangkap momen jauh sebelum momen itu terjadi.
Misalnya, tanggal 22 Desember ada Hari Ibu, penulis harus mempersiapkan cerpennya jauh sebelum bulan Desember, mungkin sekitar Agustus-Oktober. Kalau ngedadak, menulis tema hari ibu tepat di hari ibu kemungkinan tulisanmu dimuat, sangat kecil, karena redaksi sudah mempersiapkan naskah mereka jauh sebelum hari H.
Kedua, "berjudi" dengan tema aktual. Contoh kasus ini terjadi di koran Republika, Tribun Jabar dan beberapa koran lain. Ketika berita musibah kecelakan pesawat Air Asia menjadi trending, Republika memuat cerpen yang berhubungan dengan kapal udara (lupa lagi judulnya, lupa lagi siapa cerpenisnya) googling aja sendiri :D Sebagai tukang nulis cerpen pemula dan abal-abal, Admin sering banget menulis dengan "berjudi" seperti ini. Ssssttt.
Ketiga, Nah ini rahasia lumayan berat, jadi omat ya jangan dibilang-bilang sama orang lain. Penulis harus cermat menelisik kepentingan media. Setiap media memikul pesan dari para pemiliknya, pesan politik dan pesan-pesan lainnya. Misalnya, jangan mengirim cerpen yang bernada nyerang/kritik partai PKS ke redaksi Inilah Koran, pasti nggak bakal dimuat :p atau jangan kirim cerpen yang memuja-muja Prabowo ke redaksi Kompas, pasti langsung masuk tong sampah. Ha ha ha
Keempat, menulislah kapan saja, di mana saja. Semangat menulis! Ya sudah, untuk malam ini sebegitu dulu, Sekarang Admin mau menghubungi penulis kece badai yang sudah lama dimintai sharing
proses kreatifnya, semoga bisa segera publish. Tunggu
Proses Kreatif Menulis Cerpen lainnya di Info Absurditas Kata.
Belum ada tanggapan untuk "Tukang Nulis Cerpen Kudu Jago Berburu Momen, Nulis Cerpen = Nyulik Momen!"
Post a Comment
Berkomentar memakai akun Blogger akan lebih cepat ditanggapi, berkomentar memakai akun Facebook tergantung radar :D Terima kasih telah berkomentar