Sabda Ali Mifka ia menandai Mei dengan banyak
puisi, karya terbaru beliau "
Puisi itu adalah Kau" diterbitkannya di
Instagram 43 menit yang lalu pada tanggal 31 Mei 2015. Begini kisahnya:
"Kawanku si Malka, dlm blognya absurditasmalka.blogspot.com, pernah mengamsalkan hati kawannya ini dengan kalimat indah sekaligus mengerikan: "
tertimbun salju di hatinya yang Stalingrad." Lalu kudefinisikan kalimat itu—terutama Stalingrad—seperti ini: "Kota dengan musim dingin yang bengis, yang merontokkan mental tentara Nazi."
Definisi ini kuselipkan dalam obrolan via WA dengan kawanku yang satu lagi, TC. Ngobrol ngalor-ngidul, entah kenapa obrolan sampai pada Dajjal. Pada TC kukatakan bahwa pekerjaannya saat ini, yakni "ikut serta dalam proses perdamaian dunia", di akhir zaman akan sia² diluluhlantakkan oleh si Dajjal :) "Musim dingin yang bengis" & "luluh lantak" menarik perhatianku.
Sepertinya keren kalo dikembangkan menjadi sebuah puisi jihad, puisi perjuangan. Dan TC mengamininya dengan kalimat heroik: "Allohu Akbar!
Jihad fi sabilipuisi, Akhi." Lalu, dengan tambahan sumber inspirasi yang lain, jadilah puisi ini. Tapi, semangat jihad, semangat perjuanganna manaaa?
Alih² Widji Tukul dan Rendra yang hadir, malah Hafez, Sa'di, Rumi, & Qabbani yang merasuki. Gpp, yang penting si gue bahagia. Hiduplah puisi! :) #puisi #jihad #nasipadang #tehtarik #marlboromerah"
PUISI ITU ADALAH KAU
Cinta yang menggema bisa dilarikan pada apa saja,
tidak mesti pada puisi.
Luka yang renta bisa dititipkan pada siapa saja,
puisi tak harus menjadi saksi.
Tapi siapa yang bisa melarikan diri dari puisi yang dicintainya?
Siapa yang sanggup berhadap-hadapan dengan nyeri
yang kerap menyergap tanpa puisi di sisinya?
Siapa yang akan bertahan meluruskan sepi
jika puisi tak bersamanya?
Jadilah! Maka menjadilah puisi...
Puisi yang bergerak penuh gairah di aliran darahku,
puisi yang bergetar menghangati kedua mataku-
merobohkan musim panas yang angkuh di kepalaku,
meluluhlantakkan musim dingin yang bengis di hatiku.
Puisi itu adalah kau. Puisi itu adalah kau yang dengan
gigih menagih kata-kata untuk menjerat isyarat.
Puisi itu adalah kau yang membawa kabar bahwa
masih ada sisa waktu untuk menegakkan rindu-
menegakkan rindu akan kampung halamanku,
menegakkan rindu akan asal-usul diriku.
Instagram, 1 Juni 2015
Sabda Ali Mifka
Puisi itu adalah Kau versi Instagram
Sampai pada titik ini, siapa yang bisa melarikan diri dari puisi yang dicintainya? Kamu bisa? Aku mah menyerah aja, sebagaimana sang kekasih yang menyerah dipeluk sayap cinta yang berpedang-pedang tingbelentrang tinggurilap (Gibran versi edit).
Lebih afdol dan pahalanya berlipat ganda bila kamu melanjutkan baca puisi Sabda Ali Mifka yang lain. Silakan melompat ke puisi
Masih Ada yang Kekal atau
puisi Vikings.
Belum ada tanggapan untuk "Puisi itu adalah Kau (Puisi Sabda Ali Mifka)"
Post a Comment
Berkomentar memakai akun Blogger akan lebih cepat ditanggapi, berkomentar memakai akun Facebook tergantung radar :D Terima kasih telah berkomentar