Waktu Tak Pernah Takluk pada Luka-Luka, catatan harian ini ditulis untuk sahabatku Sidiq Ibnu Sina yang sedang berduka. Duka yang dalam, untuk kepergian ibu.
Semoga almarhumah mendapatkan ampunan, rido, dan berkah dari Allah SWT. Semoga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. Robigfirlie waliwali daya warhamhuma kama robbayani sogiro. Amin.
Waktu Tak Pernah Takluk pada Luka-Luka
Kenangan, ia tak pernah menyerah pada waktu. Sebaliknya waktu, ia tak sudi mengalah pada luka-luka*. Nyerinya terus berderit, jingkitnya terus berdetik. Dik... Terbuat dari apakah kenangan?**
Kenangan ia selalu saja mencari jalan, meniti celah bahkan yang tak mungkin diselipi bulir darah. Ia berjejal ingin menelaga di pelupuk mata, ia berjubal ingin menyamudera di rongga dada. Ia tidak mengetuk, tidak juga mengucapkan salam. Tetiba kau karam dalam ingatan. Nyerinya terus berderit. Berderit-derit.
Waktu, ia tak sudi mengalah pada luka-luka. Siapa saja yang patah membaca darah, ia akan ditinggalkan. Siapa pun yang roboh mengeja luka, ia akan dibenamkan. Waktu tidak pernah berkata-kata, tidak juga sekadar mengucap sapa. Tetiba saja, ia melemparmu ke relung hening paling hening. Detiknya kian samar berjingkit. Menjauh. Semakin jauh.
Dik, setelah kepergian-kepergian, percayalah...
Masih ada yang kekal, rindu yang berhimpun di dadamu, yang bersimbah memadati waktu, beribu-ribu doa yang menggenang di bibirmu***.
Karawang, 4 Juni 2015
* Absurditas Malka,
Lelaki Luka, 2015
** Seno Gumira Ajidarma
*** Sabda Ali Mifka,
Masih Ada yang Kekal, 2015
Info Absurditas Kata Lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Waktu Tak Pernah Takluk pada Luka-Luka (Catatan Harian untuk Sahabatku, Sidiq Ibnu Sina)"
Post a Comment
Berkomentar memakai akun Blogger akan lebih cepat ditanggapi, berkomentar memakai akun Facebook tergantung radar :D Terima kasih telah berkomentar