Juli adalah absurditas yang tersendiri.
Keterpurukan yang semakin, kegetiran yang meracau, semacam kepungan aturan yang dibeber-beberkan negara maju kepada dunia ketiga yang dipaksa untuk mengentaskan emisi buangan karbon, dituduh sebagai aktor utama yang bertanggung jawab atas kegetiran iklim global.
Atau… Semisal kerabat-kerabat Pygmalion yang tak pernah mungkin meminjam isi otak sang jenius seni itu, mereka hanya mungkin berdecakan dalam seribu kekaguman. Sementara di batok kepala mereka sendiri, tetap saja otak manusia biasa yang tidak pernah dibesarkan sejarah untuk ditiru. Dan celakanya, hidup akan selalu begitu. Memilih siapa saja yang akan bertahan dalam kenang setelah kematian atau terlupakan bahkan saat hidup masih dikandung badan.
Juli adalah absurditas yang terpatri.
Kata-kata berlarian dari goa-goa berlumut, bau pesing dan penuh luka. Bahasa-bahasa berkelebatan menyabit-menyabet segala bayangan yang mungkin saja salah satunya adalah bayangan Iblis yang sudah sejak jaman purbakala mengacaukan dunia persilatan dan dunia pemakaman.
Juli adalah absurditas kematian.
Bangkai yang ingin hidup kembali meminjam tubuh dari sisa korban perang, kemudian menyeret-nyeret jiwa beserta seribu luka ke pusat kota dan sebagian ke tepian rimba belantara.
Info Absurditas Kata Lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Absurditas Bulan Juli"
Post a Comment
Berkomentar memakai akun Blogger akan lebih cepat ditanggapi, berkomentar memakai akun Facebook tergantung radar :D Terima kasih telah berkomentar