Hati kita mungkin hanya sekepal genggam. Hanya menyimpan hangat darah dan denyut nafas. Tapi di dalamnya, ada semesta luas yang kita sendiri tidak pernah mengenali setiap sudutnya, selalu ada banyak ruang asing. Aku begitupun kau, tidak pernah memiliki banyak waktu luang, untuk mengambil pena dan kertas, kemudian membubuh tanda tentang jagad rasa. Kekariban yang kemudian menjadi nyata, itu pun sebatas percakapan yang selintas. Hanya singgung waktu yang sekelebat, saling mengurai tegur di ambang keberulangan perasaan-perasaan asing yang siap mengubur.
Maria...
Setelah usia meminjam kata-kata yang dituliskan di merah matahari yang karam dan ketika waktu berkali-kali meminjam ayat cahaya yang berganti malam. Aku merasa diriku pada akhirnya harus pulang, meninggalkanmu. Menjauh dari bentang pusara yang di dalamnya segala kesejukan kau baringkan menjadi bangkai memoar yang kekal.
Akan tetapi, Maria... Dalam perjalanan pulang, aku masih mencari-carimu.
Menerka-nerka.
----------------- untuk Maria
Perempuan fantasi 1973, personifikasi fiksi yang mengantarku menempuh arah timur yang paling timur.
Info Absurditas Kata Lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Mari, Aku Mencari Dalam Segala Perjalanan"
Post a Comment
Berkomentar memakai akun Blogger akan lebih cepat ditanggapi, berkomentar memakai akun Facebook tergantung radar :D Terima kasih telah berkomentar