Puisi ini, untukmu
aku mengeratnya dari kaca gedung-gedung kota.
Isinya hanya deret wajah-wajah, asing. Harapan yang bertumpuk.
Pantulan-pantulan cahaya kendaraan. Dan ribuan demonstran.
Jika kau perhatikan, di sana ada diriku, menjadi bayang
paling samar, terbelakang, dirajam, dikekang, dihilangkan.
Simpan puisi ini, di kedalaman matamu
suatu saat aku akan kembali dihidupkan. Bersama ribuan kepal tangan,
batu dan kayu. Kemudian porak diterjang gas air mata dan
semburan air tinja. Merangkak di antara ancaman laras panjang yang dikokang,
semoga kau ingat. Bahwa wajah-wajah itu, akan terus menatap.
Memanggil-manggil.
Menjadi kekal dalam ingatan.
Bandung, 09 April 2012
Info Absurditas Kata Lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Puisi Ini Untukmu 2"
Post a Comment
Berkomentar memakai akun Blogger akan lebih cepat ditanggapi, berkomentar memakai akun Facebook tergantung radar :D Terima kasih telah berkomentar