Aku
bersama udara yang sekarat, mengetuk bola matamu.
Meraih-raih
helai daun di mata kiri dan ceruk air di mata kananmu.
Hanya
mesin dan mesin yang kau tatap di pinggiran jalan Juanda.
Hanya
timbal dan karbon yang kau saksikan di pucuk gunung Tangkuban.
Hanya
plastik dan kertas bekas-bekas yang kau riwayatkan di trotoar.
Bersama
udara yang sekarat, aku mengetuk jantungmu.
Akankah
kota ini menjadi belantara batu dan besi?
Bergunung
asap dan polusi
Berhias
sampah dan segala
macam
kesedihan.
Bandung, April 2012
Info Absurditas Kata Lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Udara yang Berkarat"
Post a Comment
Berkomentar memakai akun Blogger akan lebih cepat ditanggapi, berkomentar memakai akun Facebook tergantung radar :D Terima kasih telah berkomentar